KIsah Nabi Nuh a.s

Nabi Nuh a.s. adalah nabi keempat sesudah Adam, Syith dan Idris dan keturunan kesembilan dari Nabi Adam. Ayahnya adalah Lamik bin Metusyalih bin Idris.

" Dakwah Nabi Nuh Kepada Kaumnya"

Nabi Nuh menerima wahyu kenabian dari Allah dalam masa "fatrah" masa kekosongan di antara dua rasul di mana biasanya manusia secara beransur-ansur melupakan ajaran agama yang dibawa oleh nabi yang meninggalkan mereka dan kembali bersyirik meninggalkan amal kebajikan, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di bawah pimpinan Iblis.

Demikianlah maka kaum Nabi Nuh tidak luput dari proses tersebut, sehingga ketika Nabi Nuh datang di tengah-tengah mereka, mereka sedang menyembah berhala ialah patung-patung yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri disembahnya sebagai tuhan-tuhan yang dapat membawa kebaikan dan manfaat serta menolak segala kesengsaraan dan kemalangan.berhala-berhala yang dipertuhankan dan menurut kepercayaan mereka mempunyai kekuatan dan kekuasaan ghaib ke atas manusia itu diberinya nama-nama yang silih berganti menurut kehendak dan selera kebodohan mereka.Kadang-kadang mereka namakan berhala mereka " Wadd " dan " Suwa " kadangkala " Yaguts " dan bila sudah bosan digantinya dengan nama " Yatuq " dan " Nasr ".

Nabi Nuh berdakwah kepada kaumnya yang sudah jauh tersesat oleh iblis itu, mengajak mereka meninggalkan syirik dan penyembahan berhala dan kembali kepada tauhid menyembah Allah Tuhan sekalian alam melakukan ajaran-ajaran agama yang diwahyukan kepadanya serta meninggalkan kemungkaran dan kemaksiatan yang diajarkan oleh Syaitan dan Iblis.

Nabi Nuh menarik perhatian kaumnya agar melihat alam semesta yang diciptakan oleh Allah berupa langit dengan matahari, bulan dan bintang-bintang yang menghiasinya, bumi dengan kekayaan yang ada di atas dan di bawahnya, berupa tumbuh-tumbuhan dan air yang mengalir yang memberi kenikmatan hidup kepada manusia, pengantian malam menjadi siang dan sebaliknya yang kesemua itu menjadi bukti dan tanda nyata akan adanya keesaan Tuhan yang harus disembah dan bukan berhala-berhala yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri.

Di samping itu Nabi Nuh juga memberitakan kepada mereka bahwa akan ada ganjaran yang akan diterima oleh manusia atas segala amalannya di dunia iaitu syurga bagi amalan kebajikan dan neraka bagi segala pelanggaran terhadap perintah agama yang berupa kemungkaran dan kemaksiatan.

Nabi Nuh yang dikurniakan Allah dengan sifat-sifat yang patut dimiliki oleh seorang nabi, fasih dan tegas dalam kata-katanya, bijaksana dan sabar dalam tindak-tanduknya melaksanakan tugas risalahnya kepada kaumnya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara yang lemah lembut mengetuk hati nurani mereka dan kadang kala dengan kata-kata yang tajam dan nada yang kasar bila menghadapi pembesar-pembesar kaumnya yang keras kepala yang enggan menerima hujjah dan dalil-dalil yang dikemukakan kepada mereka yang tidak dapat mereka membantahnya atau mematahkannya.

Akan tetapi walaupun Nabi Nuh telah berusaha sekuat tenaganya berdakwah kepada kaumnya dengan segala kebijaksanaan, kecekapan dan kesabaran dan dalam setiap kesempatan, siang mahupun malam dengan cara berbisik-bisik atau cara terang dan terbuka ternyata hanya sedikit sekali dari kaumnya yang dapat menerima dakwahnya dan mengikuti ajakannya, yang menurut sementara riwayat tidak melebihi bilangan seratus orang. Mereka pun terdiri dari orang-orang yang miskin berkedudukan sosial lemah.

Sedangkan orang yang kaya-raya, berkedudukan tinggi dan terpandang dalam masyarakat, yang merupakan pembesar-pembesar dan penguasa-penguasa tetap membangkang, tidak mempercayai Nabi Nuh mengingkari dakwahnya dan sesekali tidak merelakan melepas agamanya dan kepercayaan mereka terhadap berhala-berhala mereka, bahkan mereka berusaha dengan mengadakan persekongkolan hendak melumpuhkan dan menggagalkan usaha dakwah Nabi Nuh.

Berkata mereka kepada Nabi Nuh:

"Bukankah engkau hanya seorang daripada kami dan tidak berbeda daripada kami sebagai manusia biasa. Jikalau betul Allah akan mengutuskan seorang rasul yang membawa perintah-Nya, nescaya Ia akan mengutuskan seorang malaikat yang patut kami dengarkan kata-katanya dan kami ikuti ajakannya dan bukan manusia biasa seperti engkau hanya dapat diikuti orang-orang rendah kedudukan sosialnya seperti para buruh petani orang-orang yang tidak berpenghasilan yang bagi kami mereka seperti sampah masyarakat.

Pengikut-pengikutmu itu adalah orang-orang yang tidak mempunyai daya fikiran dan ketajaman otak, mereka mengikutimu secara buta tuli tanpa memikirkan dan menimbangkan masak-masak benar atau tidaknya dakwah dan ajakanmu itu. Cuba agama yang engkau bawa dan ajaran -ajaran yang engkau sadurkan kepada kami itu betul-betul benar, nescaya kamilah dulu mengikutimu dan bukannya orang-orang yang mengemis pengikut-pengikutmu itu.

Kami sebagai pemuka-pemuka masyarakat yang pandai berfikir, memiliki kecerdasan otak dan pandangan yang luas dan yang dipandang masyarakat sebagai pemimpin-pemimpinnya, tidaklah mudah kami menerima ajakanmu dan dakwahmu.Engkau tidak mempunyai kelebihan di atas kami tentang soa-soal kemasyarakatan dan pergaulan hidup.kami jauh lebih pandai dan lebih mengetahui daripada mu tentang hal itu semua.nya.Anggapan kami terhadapmu, tidak lain dan tidak bukan, bahawa engkau adalah pendusta belaka."

Nuh berkata, menjawab ejekan dan olok-olokan kaumnya:

"Adakah engkau mengira bahwa aku dapat memaksa kamu mengikuti ajaranku atau mengira bahwa aku mempunyai kekuasaan untuk menjadikan kamu orang-orang yang beriman jika kamu tetap menolak ajakan ku dan tetap membuta-tuli terhadap bukti-bukti kebenaran dakwahku dan tetap mempertahankan pendirianmu yang tersesat yang diilhamkan oleh kesombongan dan kecongkakan karena kedudukan dan harta-benda yang kamu miliki.Aku hanya seorang manusia yang mendapat amanah dan diberi tugas oleh Allah untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kamu.

Jika kamu tetap berkeras kepala dan tidak mahu kembali ke jalan yang benar dan menerima agama Allah yang diutuskan-Nya kepada ku maka terserahlah kepada Allah untuk menentukan hukuman-Nya dan ganjaran-Nya keatas diri kamu. Aku hanya pesuruh dan rasul-Nya yang diperintahkan untuk menyampaikan amanah-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dialah yang berkuasa memberi hidayah kepadamu dan mengampuni dosamu atau menurunkan azab dan seksaan-Nya di atas kamu sekalian jika Ia kehendaki.Dialah pula yang berkuasa menurunkan seksa dan azab-nya di dunia atau menangguhkannya sampai hari kemudian. Dialah Tuhan pencipta alam semesta ini, Maha Kuasa ,Maha Mengetahui, maha pengasih dan Maha Penyayang.".

Kaum Nuh mengemukakan syarat dengan berkata:

"Wahai Nuh! Jika engkau menghendaki kami mengikutimu dan memberi sokongan dan semangat kepada kamu dan kepada agama yang engkau bawa, maka jauhkanlah para pengikutmu yang terdiri dari orang-orang petani, buruh dan hamba-hamba sahaya itu. Usirlah mereka dari pengaulanmu karena kami tidak dapat bergaul dengan mereka duduk berdampingan dengan mereka mengikut cara hidup mereka dan bergabung dengan mereka dalam suatu agama dan kepercayaan. Dan bagaimana kami dapat menerima satu agama yang menyamaratakan para bangsawan dengan orang awam, penguasa dan pembesar dengan buruh-buruhnya dan orang kaya yang berkedudukan dengan orang yang miskin dan papa."

Nabi Nuh menolak pensyaratan kaumnya dan berkata:

"Risalah dan agama yang aku bawa adalah untuk semua orang tiada pengecualian, yang pandai mahupun yang bodoh, yang kaya mahupun miskin, majikan ataupun buruh ,diantara penguasa dan rakyat biasa semuanya mempunyai kedudukan dan tempat yang sama terhadap agama dan hukum Allah. Andai kata aku memenuhi pensyaratan kamu dan meluluskan keinginanmu menyingkirkan para pengikutku yang setia itu, maka siapakah yang dapat ku harapkan akan meneruskan dakwahku kepada orang ramai dan bagaimana aku sampai hati menjauhkan daripadaku orang-orang yang telah beriman dan menerima dakwahku dengan penuh keyakinan dan keikhlasan di kala kamu menolaknya serta mengingkarinya, orang-orang yang telah membantuku dalam tugasku di kala kamu menghalangi usahaku dan merintangi dakwahku.

Dan bagaimanakah aku dapat mempertanggungjawabkan tindakan pengusiranku kepada mereka terhadap Allah bila mereka mengadu bahawa aku telah membalas kesetiaan dan ketaatan mereka dengan sebaliknya semata-mata untuk memenuhi permintaanmu dan tunduk kepada pensyaratanmu yang tidak wajar dan tidak dpt diterima oleh akal dan fikiran yang sihat. Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang bodoh dan tidak berfikiran sihat.

Pada akhirnya, karena merasa tidak berdaya lagi mengingkari kebenaran kata-kata Nabi Nuh dan merasa kehabisan alasan dan hujjah untuk melanjutkan dialog dengan beliau, maka berkatalah mereka: "Wahai Nabi Nuh! Kita telah banyak bermujadalah dan berdebat dan cukup berdialog serta mendengar dakwahmu yang sudah menjemukan itu.

Kami tetap tidak akan mengikutimu dan tidak akan sesekali melepaskan kepercayaan dan adat-istiadat kami sehingga tidak ada gunanya lagi engkau mengulang-ulangi dakwah dan ajakanmu dan bertegang lidah dengan kami. Datangkanlah apa yang engkau benar-benar orang yang menepati janji dan kata-katanya. Kami ingin melihat kebenaran kata-katamu dan ancamanmu dalam kenyataan. Karena kami masih tetap belum mempercayaimu dan tetap meragukan dakwahmu."

Kisah Nabi Idris a.s

Nabi Idris a.s. ialah salah seorang rasul dan nabi yang diturunkan oleh Allah s.w.t. untuk membimbing manusia ke jalan yang benar. Nabi Idris merupakan rasul kedua daripada 25 rasul yang wajid diketahui oleh umat Islam

" Kisah Nabi Allah Idris a.s"
Tidak banyak keterangan yang didapati tentang kisah Nabi Idris di dalam Al-Quran mahupun dalam kitab-kitab Tafsir dan kitab-kitab sejarah nabi-nabi.Di dalam Al-Quran hanya terdapat dua ayat tentang Nabi Idris iaitu dalam surah Maryam ayat 56 dan 57: "Dan ceritakanlah { hai Muhammad kepada mereka , kisah } Idris yang terdapat tersebut di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi. 57 - Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi." { Maryam : 56 - 57 }

Nabi Idris adalah keturunan keenam dari Nabi Adam a.s. putera dari Yarid bin Mihla'iel bin Qinan bin Anusy bin Syith bin Adam A.S. dan adalah keturunan pertama yang dikurniai kenabian menjadi Nabi setelah Adam dan Syith. Menurut kitab tafsir 1000 tahun selepas Nabi Adam a.s wafat.

Nabi Idris dianugerahkan kepandaian di dalam pelbagai disiplin ilmu kemahiran serta mencipta peralatan yang digunakan manusia sekarang ini seperti penulisan, matematik, astronomi, dan lain-lain lagi. Menurut sebuah kisah, terdapat satu masa di mana kebanyakan manusia telah melupakan tuhan, dan bumi telah dihukum dengan kemarau. Walaubagaimanapun, Nabi Idris a.s. telah berdoa ke hadrat Allah s.w.t. dan berakhirlah musim kemarau tersebut dengan turunnya hujan.

Nabi Idris menurut sementara riwayat bermukim di Mesir di mana ia berdakwah untuk agama Allah mengajarkan tauhid dan beribadat menyembah Allah serta memberi beberapa pendoman hidup bagi pengikut-pengikutnya agar menyelamat diri dari seksaan di akhirat dan kehancuran serta kebinasaan di dunia. Ia hidup sampai usia 82 tahun.

Menurut sebuah buku The Prophet of God Enoch: Nabiyullah Idris, Idris ialah nama Arab bagi Enoch. Beliau dinyatakan di dalam Al-Quran sebagai manusia yang dipilih oleh Allah s.w.t. sehingga beliau diangkat ke langit.

Satu kepercayaan yang tidak dipastikan kesahihannya mengatakan bahawa piramid telah dibina sebagai merujuk kepada Nabi Idris a.s., kerana di kawasan itulah di mana beliau diangkat ke langit.

" Nasihat dan Pengajaran"
Di antara beberapa nasihat dan kata-kata mutiaranya ialah : ~

* Kesabaran yang disertai iman kepada Allah membawa kepada kemenangan.
* Orang yang bahagia ialah orang yang berwaspada dan mengharapkan syafaat daripada Tuhannya dengan amal-amal solehnya.
* Apabila kamu memohon sesuatu kepada Allah dan berdoa maka ikhlaskanlah niatmu demikian pula puasa dan solatmu.
* Janganlah bersumpah dalam keadaan kamu berdusta dan janganlah menuntup sumpah dari orang yang berdusta agar kamu tidak menyekutui mereka dalam dosa.
* Taatlah kepada raja-rajamu dan tunduklah kepada pembesar-pembesarmu serta penuhilah selalu mulut-mulutmu dengan ucapan syukur dan pujian kepada Allah.
* Janganlah iri hati kepada orang-orang yang bernasib baik , kerana mereka tidak akan banyak dan lama menikmati nasib baiknya.
* Barang siapa melampaui kesederhanaan tidak sesuatu pun akan memuaskannya.
* Tanpa membahagi-bahagikan nikmat yang diperolehnya seorang tidak dapat bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang diperolehinya itu.

Firman Allah bahawa Nabi Idris diangkat martabatnya. Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya meriwayatkan bahawa Nabi Idris wafat tatkala berada di langit keempat dibawa oleh seorang Malaikat Wallahu a'alam bissawab.

pencibtaan Nabi Adam

Penciptaan Adam diriwayatkan sebagai satu daripada ciptaan Allah yang paling kontroversi atau paling disebut-sebut oleh makhluk Allah yang lain. Peristiwa tersebut disebut dalam al-Qur'an apabila para malaikat mempersoalkan kejadian (manusia) sebagai khalifah atau pengganti di bumi.

"Ketika Allah berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi. Mereka bertanya (tentang hikmat ketetapan Tuhan itu dengan berkata): Adakah Engkau (Ya Tuhan kami) hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah, padahal kami sentiasa bertasbih dengan memujiMu dan mensucikanMu?. Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya." (2: 30)

"Isi kandungan"
1 Ciptaan dari tanah
2 Penyempurnaan
2.1 Kemasukan roh
3 Kajian sains
4 Lihat juga
5 Rujukan
6 Pautan luar


"Ciptaan dari tanah"
Allah telah memerintahkan Malaikat Jibril turun ke bumi untuk mengambil sebahagian tanah sebagai bahan untuk menjadikan Adam. Walau bagaimanapun, bumi enggan membenarkan tanahnya diambil malah bersumpah dengan nama Allah yang dia tidak rela untuk menyerahkannya kerana kebimbangannya seperti yang dibimbangkan oleh para malaikat.

Jibril kembali setelah mendengar sumpah tersebut lalu Allah mengutuskan pula Malaikat Mikail dan kemudiannya Malaikat Israfil tetapi kedua-duanya juga tidak berdaya hendak berbuat apa-apa akibat sumpah yang dibuat oleh bumi. Maka, Allah memerintahkan Malaikat Izrail untuk melakukan tugas tersebut dan menggesa agar tidak berundur walaupun bumi bersumpah kerana tugas tersebut dijalankan atas perintah dan nama Tuhan.

Maka, Izrail turun ke bumi dan mengatakan yang kedatangannya adalah atas perintah Allah dan memberi amaran kepada bumi untuk tidak membantah yang memungkinkan bumi menderhaka kepada Allah. Menurut Ibnu Abbas, tanah bumi dan syurga digunakan untuk dijadikan bahan mencipta Adam. Tanah tersebut adalah:

Tanah Baitulmuqaddis - kepala sebagai tempat kemuliaan untuk diletakkan otak dan akal.
Tanah Bukit Tursina (Mesir) - telinga sebagai tempat mendengar dan menerima nasihat.
Tanah Iraq - dahi sebagai tempat sujud kepada Allah.
Tanah Aden (Yaman) - muka sebagai temat berhias dan kecantikan.
Tanah telaga Al-Kautsar - mata sebagai tempat menarik perhatian.
Tanah Al-Kautsar - gigi sebagai tempat memanis-manis.
Tanah Kaabah(Makkah) - tangan kanan sebagai tempat mencari nafkah dan bekerjasama.
Tanah Paris (Perancis) - tangan kiri sebagai anggota untuk melakukan istinjak.
Tanah Khurasan (Iran) - perut sebagai tempat berlapar.
Tanah Babylon (Iraq) - kelamin sebagai organ seks dan tempat bernafsu serta godaan syaitan.
Tanah Tursina (Mesir) - tulang sebagai peneguh manusia.
Tanah India - kaki sebagai anggota berdiri dan berjalan.
Tanah Firdaus (Syurga) - hati sebagai tempat keyakinan, keimanan, dan kemahuan.
Tanah Taif (Arab Saudi) - lidah sebagai tempat untuk mengucapkan syahadah, syukur dan doa.

" Penyempurnaan"
Tubuh Nabi Adam mempunyai sembilan rongga atau liang. Tujuh liang di kepala dan dua di bawah badan iaitu dua mata, dua telinga, dua hidung, satu mulut, satu dubur dan satu uretra. Lima pancaindera dilengkapkan dengan anggota tertentu seperti mata untuk penglihatan, telinga untuk pendengaran, hidung untuk pengesanan bauan, lidah untuk perasa seperti masam, masin, manis dan pahit dan kulit untuk sentuhan bagi panas, sejuk, tekanan, kelikatan dan sakit.

Ketika Allah menjadikan tubuh Adam, tanah dicampurkan dengan air tawar, masin dan hanyir beserta api dan angin. Kemudian Allah resapkan Nur ke dalam tubuh Adan dengan pelbagai "sifat". Lalu tubuh Adam digenggam dengan genggaman Jabarut dan diletakkan di dalam Alam Malakut. Tanah itu dicampurkan lagi dengan istilah wangian dan ramuan dari Nur-Sifat Allah dan dirasmi dengan "Bahrul Uluhiyah". Kemudian, tubuh tersebut dibenam dalam "Kudral 'Izzah" iaitu sifat "Jalan dan Jammal" lalu disempurnakan tubuh tersebut.

Waktu kejadian manusia tidak disebut berapa lama walaupun melalui apa cara perhitungan sekalipun seperti dalam al-Quran: "Bukankah telah berlalu kepada manusia satu ketika dari masa (yang beredar), sedang dia (masih belum wujud lagi dan) tidak menjadi sesuatu benda yang disebut-sebut..." (76:1)

Menurut keterangan ulama, tubuh Adam diselubungi dalam tempoh 120 tahun, 40 tahun di tanah yang kering, 40 tahun di tanah yang basah dan 40 tahun di tanah yang hitam dan berbau. Dari situ, Allah ubah tubuh Adam dengan rupa kemuliaan dan tertutuplah dari rupa hakikatnya. Kerana proses kejadian itu yang melalui peringkat yang "kotor", tidak hairan Malaikat dan Iblis memandang rendah akan kejadian manusia yang dicipta dari tanah.

" Kemasukan roh"
Roh diperintah Allah untuk memasuki jasad Adam tetapi seperti makhluk lain, roh juga enggan, malas dan segan kerana jasad yang seperti batu. Dikatakan ruh berlegar-legar mengelilingi jasad Adam sambil disaksikan malaikat. Kemudian, Allah memerintahkan Malaikat Izrail memaksa ruh memassuki tubuh tersebut masuk ke dalam tubuh Adam. Ia memasukkannya ke dalam tubuh dan roh secara perlahan-lahan masuk hingga ke kepalanya yang mengambil masa 200 tahun.
Setelah meresapi ke kepala Adam, maka berfungsilah otak dan tersusunlah urat saraf dengan sempurna. Lalu, terjadilah mata dan terus terbuka melihat tubuhnya yang masih keras dan malaikat di sekelilingnya. Telinga mulai berfungsi dan didengarnya kalimah tasbih para malaikat. Apabila roh tiba ke hidung, lalu ia bersin dan mulutnya juga terbuka. Allah mengajarkan kalimah "Alhamdulillah" yang merupakan kalimah pertama diucapkan Adam dan Allah sendiri yang membalasnya.

Kemudian, roh tiba ke dadanya lalu Adam berkeinginan untuk bangun padahal tubuhnya yang bawah masih keras membatu. Ketika itu ditunjukkan sifat manusia yang terburu-buru. Ketika roh sampai di perut, maka organ dalam dan perut tersusun sempurna dan saat itu Adam mula merasakan lapar. Akhirnya, roh meresap ke seluruh tubuh Adam, tangan dan kaki dan berfungsilah dengan sempurna segala darah daging, tulang, urat saraf dan kulit. Menurut riwayat, kulit Adam amat baik ketika itu berbanding kulit manusia di kini dan warnanya masih dapat dilihat di kuku sebagai peringatan kepada keturunan manusia.

Dengan itu, sempurnalah sudah kejadian manusia pertama dan Adam digelar sebagai "Abul Basyar" iaitu Bapa Manusia. Walau bagaimanapun, hanya Nabi Muhammad s.a.w. mendapat gelaran "Abul Ruh" atau "Abul Arwah" iaitu Bapa segala Roh.

" Kajian sains"
Kajian sains telah menunjukkan bahawa unsur kimia pada tubuh manusia terdiri daripada unsur yang terdapat pada tanah. Nisbah unsur yang terdapat di dalam badan juga memberikan kesesuaian dalam sifat dan fungsi anggota setiap bahagian manusian. Antaranya unsur yang didapati adalah:

  • Karbon

  • Oksigen

  • Hidrogen

  • Fosforus

  • Sulfur

  • Azote

  • Kalsium

  • Kalium

  • Natrium

  • Klorat


  • Magnesium

  • Ferum

  • Manganese

  • Kuprum

  • Iodin

  • Klorin

  • Kobalt

  • Zink

  • Silikon

  • Alumunium


  • Molebdenum

  • Boron

  • Vanadium

  • Selenium

  • Kromium
  • Al-Quran menceritakan kisah Adam dalam beberapa surah di antaranya surah Al-Baqarah ayat 30 sehingga ayat 38 dan surah Al-A'raaf ayat 11 sehingga 25

    "Pengajaran yang terdapat dari kisah Nabi Adam"

    Bahawasanya hikmah yang terkandung dalam perintah-perintah dan larangan-larangan Allah dan dalam apa yang diciptakannya kadangkala tidak atau belum dapat dicapai oleh otak manusia bahkan oleh makhluk-Nya yang terdekat sebagaimana telah dialami oleh para malaikat tatkala diberitahu bahawa Allah akan menciptakan manusia - keturunan Adam untuk menjadi khalifah-Nya di bumi sehinggakan mereka seakan-akan keberatan dan bertanya-tanya mengapa dan untuk apa Allah menciptakan makhluk lain daripada mereka yang sudah taat, rajin beribadat, bertasbih, bertahmid dan mengagung- agungkankan nama-Nya.

    Bahawasanya manusia walaupun telah dikurniakan kecergasan berfikir dan kekuatan fizikal dan mental mereka tetap mempunyai beberapa kelemahan pada dirinya seperti sifat lalai, lupa dan khilaf. Seperti mana yang telah terjadi pada diri Nabi Adam walaupun baginda telah menjadi manusia yang sempurna dan dikurniakan kedudukan yang istimewa di syurga ia tetap tidak terhindar dari sifat-sifat manusia yang lemah itu.

    Baginda telah lupa dan mengingkari perintah Allah kepadanya mengenai pohon terlarang itu dan mengenai Iblis yang menjadi musuhnya dan musuh seluruh keturunannya, sehingga terperangkap ke dalam tipu daya dan terjadilah pelanggaran pertama yang dilakukan oleh manusia terhadap larangan Allah.

    Bahawasanya seseorang yang telah terlanjur melakukan maksiat dan berbuat dosa tidakkah sepatutnya mereka berputus asa dari rahmat dan ampunan Tuhan asalkan mereka sedar akan kesilapan dan bertaubat serta tidak akan mengulanginya . Rahmat Allah dan maghfirah-Nya dapat mencakupi segala dosa yang dilakukan oleh hamba-Nya kecuali syirik sekalipun dosa besar asalkan diikuti dengan kesedaran bertaubat dan pengakuan kesalahan.

    Sifat sombong dan bongkak selalu membawa kepada kerugian dan kebinasaan. Lihatlah Iblis yang turun dari singgahsananya dilucutkan kedudukannya sebagai seorang malaikat dan diusir oleh Allah dari syurga dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat kepada dirinya sehingga hari Kiamat kerana kesombongannya dan kebanggaaannya dengan asal-usulnya sehingga dia menganggap dan memandang rendah Nabi Adam dan menolak untuk sujud menghormatinya walaupun diperintahkan oleh Allah SWT.

    Setelah Allah s.w.t. menciptakan bumi, langit, malaikat-malaikatnya; Allah mahu mencipta pula sejenis makhluk lain yang akan menghuni dan mengisi bumi serta memeliharanya.

    Para malaikat ketika dikhabarkan oleh Allah akan kehendak-Nya menciptakan makhluk itu, mereka risau sekiranya kehendak Allah menciptakan makhluk yang lain itu akan menyebabkan kecuaian atau kelalaian mereka dalam ibadah dan menjalankan tugas atau kerana pelanggaran yang mereka lakukan tanpa disedari. Berkata mereka kepada Allah s.w.t.:

    "Wahai Tuhan kami! Untuk apa Tuhan menciptakan makhluk lain selain kami,padahal kami selalu bertasbih, bertahmid, melakukan ibadah dan mengagungkan nama-Mu tanpa henti-henti, sedangkan makhluk yang Tuhan akan ciptakan dan turunkan ke bumi itu, nescaya akan bertengkar satu dengan lain, akan saling bunuh-membunuh kerana berebut untuk menguasai kekayaan alam yang terlihat di atasnya dan terpendam di dalamnya, sehingga akan terjadilah kerosakan dan kehancuran di atas bumi yang Tuhan ciptakan itu."
    Allah berfirman, menghilangkan kekhuatiran para malaikat itu:

    "Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui dan Aku sendirilah yang mengetahui hikmat penguasaan Bani Adam atas bumi-Ku. Bila Aku telah menciptakannya dan meniupkan roh kepadanya, maka bersujudlah kamu di hadapan makhluk baru itu sebagai penghormatan dan bukan sebagai sujud ibadah, kerana Allah s.w.t. melarang hamba-Nya beribadah kepada sesama makhluk-Nya."
    Kemudian, diciptakanlah Adam oleh Allah s.w.t.dari segumpal tanah liat yang kering dan lumpur hitam yang berbentuk. Setelah disempurnakan bentuknya ditiupkanlah roh ciptaan Tuhan ke dalamnya dan berdirilah ia tegak menjadi manusia yang sempurna:

    Rencana utama: Penciptaan Adam

    " Kesombongan Iblis"
    Ketika semua makhluk syurga sujud kepada keagungan Allah itu, Iblis membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah kerana merasa dirinya lebih mulia, lebih utama dan lebih agung dari Adam. Demikian halnya adalah disebabkan Iblis diciptakan dari unsur api sedangkan Adam hanyalah dari tanah dan lumpur. Kebanggaan dengan asal-usulnya menjadikannya sombong dan tidak layak untuk bersujud menghormati Adam seperti para malaikat yang lain, walaupun telah diperintah oleh Allah.

    Disebabkan oleh kesombongan, kebongkakan dan keengganan melakukan sujud yang diperintahkan, maka Allah menghukum Iblis dengan mengusirnya dari syurga dan mengeluarkannya daripada barisan malaikat disertai kutukan dan laknat yang akan melekat pada dirinya hingga hari kiamat. Di samping itu, dia telah dijamin sebagai penghuni neraka.

    Iblis dengan sombongnya menerima hukuman Tuhan itu dan dia hanya bermohon agar kepadanya diberi kesempatan untuk hidup kekal sehingga hari kemusnahan alam. Allah memperkenankan permohonannya itu. Tanpa berterima kasih dan bersyukur atas pemberian jaminan itu, dia sebaliknya mengancam akan menyesatkan Adam, sebagai punca terusirnya dia dari syurga, dan akan datang kepada anak-anak keturunannya dari segala sudut untuk memujuk mereka meninggalkan jalan yang lurus dan mengikutinya menempuh jalan yang sesat.

    Kemudian, Allah berfirman kepada Iblis yang terkutuk itu sambil melaknatnya. Allah berkata bahawa Iblis tidak akan berjaya menyesatkan hamba-Nya yang beriman dengan sepenuh hati.

    " Pengetahuan Adam mengenai nama-nama benda"
    Allah hendak menghilangkan pandangan serong para malaikat terhadap Adam dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmah-Nya yang menyatakan Adam sebagai penguasa bumi, maka diajarkan kepada Adam nama-nama benda yang berada di alam semesta, kemudian ditunjukkan benda-benda itu di hadapan para malaikat lalu mencabar malaikat menyebut nama itu untuk kalahkan Adam. Para malaikat tidak berdaya menyahut cabaran Allah untuk menyebut nama-nama benda yang berada di depan mereka dan mengaku ketidaktahuaan mereka dengan mengatakan yang mereka tidak memiliki pengetahuan tentang sesuatu kecuali apa yang Tuhan ajarkan mereka.

    Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahu nama-nama itu kepada para malaikat dan setelah diberitahu oleh Adam, berfirmanlah Allah kepada mereka bahawa Dia sahaja yang mengetahui rahsia langit dan bumi serta mengetahui apa yang zahir dan tersembunyi.

    " Adam menghuni Syurga"
    Adam diberi tempat oleh Allah di syurga dan baginya diciptakanlah Hawa untuk mendampinginya dan menjadi teman hidupnya, menghilangkan rasa kesepiannya dan melengkapi keperluan fitrahnya untuk mengembangkan keturunannya. Menurut cerita para ulama, Hawa diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam yang disebelah kiri pada waktu baginda masih tidur sehingga ketika baginda terjaga, baginda melihat Hawa sudah berada di sisinya. Lalu baginda disoal oleh malaikat:"Wahai Adam! Apa dan siapakah makhluk yang berada di sampingmu itu?"

    Berkatalah Adam:"Seorang perempuan."Sesuai dengan fitrah yang telah diilhamkan oleh Allah kepadanya."Siapa namanya?"tanya malaikat lagi."Hawa",jawab Adam."Untuk apa Tuhan menciptakan makhluk ini?",tanya malaikat lagi. Adam menjawab:"Untuk mendampingiku, memberi kebahagian kepadaku dan mengisi keperluan hidupku sesuai dengan kehendak Allah."

    Allah berpesan kepada Adam:"Tinggallah engkau bersama isterimu di syurga, rasakanlah kenikmatan yang berlimpah-limpah didalamnya, rasailah dan makanlah buah-buahan yang lazat yang terdapat di dalamnya sepuas hatimu dan nafsumu. Kamu tidak akan mengalami atau merasa lapar,dahaga ataupun letih selama kamu berada di dalamnya. Akan tetapi janganlah engkau makan buah dari pohon ini yang akan menyebabkan kamu celaka dan termasuk orang-orang yang zalim. Ketahuilah bahawa Iblis itu adalah musuhmu dan musuh isterimu,ia akan berusaha memujuk kamu dan menyeret kamu keluar dari syurga sehingga hilanglah kebahagiaan yang kamu sedang nikmati ini."

    " Iblis mula bertindak"
    Sesuai dengan ancaman yang diucapkan ketika diusir oleh Allah dari Syurga akibat keengganannya dan terdorong pula oleh rasa iri hati dan hasad dengki terhadap Adam yang menjadi penyebab sehinggakan dia dikutuk dan dilaknat selama-lamanya serta tersingkir dari singgahsana kebesarannya. Iblis mula menunjukkan rancangan untuk menyesatkan Adam dan Hawa yang sedang hidup berdua di syurga yang tenteram, damai dan bahagia.

    Dia menyatakan kepada mereka bahawa dia adalah kawan mereka dan ingin memberi nasihat dan petunjuk untuk kebaikan dan mengekalkan kebahagiaan mereka. Pelbagai cara dan kata-kata halus digunakan oleh Iblis untuk mendapatkan kepercayaan Adam dan Hawa bahawa dia betul-betul jujur dalam nasihat dan memberi petunjuk kepada mereka. Dia membisikkan kepada mereka bahawa larangan Tuhan kepada mereka memakan buah-buah yang ditunjukkan itu adalah kerana dengan memakan buah itu mereka akan menjelma menjadi malaikat dan akan hidup kekal. Diulang-ulangi lpujukkan itu dengan menunjukkan akan harumnya bau pohon yang dilarang itu dan indah nian bentuk buahnya serta lazat rasanya. Akhirnya termakanlah pujuk rayu yang halus itu oleh Adam dan Hawa dan melanggari larangan Tuhan.

    Allah mencela perbuatan mereka itu dan berfirman yang bermaksud:
    "Tidakkah Aku mencegah kamu daripada mendekati pohon itu dan memakan buahnya dan tidakkah Aku telah ingatkan kamu bahawa syaitan itu adalah musuhmu yang nyata."

    Adam dan Hawa mendengar firman Allah itu sedarlah mereka bahawa mereka telah melanggari perintah Allah dan bahawa mereka telah melakukan suatu kesalahan serta dosa besar. Maka mereka menyesal dan berkatalah mereka:

    "Wahai Tuhan kami! Kami telah menganiayai diri kami sendiri dan telah melanggari perintah-Mu kerana terikut pujukan Iblis. Ampunilah dosa kami kerana nescaya kami akan tergolong orang-orang yang rugi bila Engkau tidak mengampuni dan mengasihi kami."


    " Adam dan Hawa diturunkan ke Bumi"
    Allah telah menerima taubat Adam dan Hawa serta mengampunkan perbuatan yang mereka telah lakukan. Hal ini demikian telah melegakan dada mereka dan menghilangkan rasa sedih akibat kelalaian mereka terhadap peringatan Tuhan mengenai Iblis sehingga terjerumus menjadi mangsa pujukan dan rayunya yang manis namun beracun itu.

    Adam dan Hawa merasa tenteram kembali setelah menerima pengampunan Allah dan selanjutnya akan menjaga jangan sampai tertipu lagi oleh Iblis dan akan berusaha agar tidak mengulangi pelanggaran yang telah dilakukan serta menimbulkan murka seta teguran Tuhan itu menjadi pengajaran bagi mereka berdua untuk lebih berhati-hati menghadapi tipu daya dan pujukan Iblis yang dilaknat itu. Harapan untuk tinggal terus di syurga yang telah pudar kerana perbuatan mereka melanggar perintah Allah, hidup kembali dalam hati dan fikiran Adam dan Hawa yang merasa kenikmatan dan kebahagiaan hidup mereka di syurga tidak akan terganggu oleh sesuatu dan bahawa redha Allah serta rahmatnya akan tetap melimpah di atas mereka untuk selama-lamanya.
    Akan tetapi Allah telah menentukan dalam takdir-Nya apa yang tidak terlintas dalam hati dan tidak terfikirkan oleh mereka. Allah s.w.t.yang telah menentukan dalam takdir-nya bahawa bumi yang penuh dengan kekayaan untuk diterokaiya, akan dikuasai kepada manusia keturunan Adam memerintahkan Adam dan Hawa turun ke bumi sebagai benih pertama dari hamba-hambanya yang bernama manusia itu. Berfirmanlah Allah kepada mereka:"Turunlah kamu ke bumi sebahagian daripada kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain kamu dapat tinggal tetap dan hidup disana sampai waktu yang telah ditentukan."

    Turunlah Adam dan Hawa ke bumi menghadapi cara hidup baru yang jauh berlainan dengan hidup di syurga yang pernah dialami dan yang tidak akan berulang kembali.Mereka harus menempuh hidup di dunia yang fana ini dengan suka dan dukanya dan akan menurunkan umat manusia yang beraneka ragam sifat serta tabiat mereka yang berbeza-beza serta warna kulit dan kecerdasan otaknya.
    Umat manusia akan hidup berkelompok dan menjadi suku-suku serta bangsa-bangsa yang mana selah satu akan menjadi musuh yang lain saling bunuh-membunuh, aniaya-menganianya dan tindas-menindas sehingga Allah mengutuskan nabi-nabi-Nya dan rasul-rasul-Nya untuk memimpin hamba-hamba-Nya ke jalan yang lurus dan penuh damai , kasih sayang di antara sesama manusia untuk menuju jalan yang diredhai-Nya dan kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.

    SETIAP manusia pasti tidak terlepas daripada segala macam ujian dan dugaan hidup. Selagi bergelar insan yang berada di atas muka bumi ini, cabaran itu sebenarnya adalah untuk menguji sejauh mana tahap kesabaran serta keimanan seseorang hamba.

    Pelbagai musibah seperti banjir dan tanah runtuh yang dihadapi kita hari ini adalah ujian Allah SWT untuk kita bertanyakan kepada diri sendiri apakah kita daripada kalangan manusia yang sabar atau sebaliknya.

    Manusia adalah makhluk paling sempurna ciptaan Allah SWT. Melalui kombinasi roh, jasad, akal dan fikiran menjadikan manusia khalifah yang mentadbir alam ini mengikut peraturan Penciptanya. Kesempurnaan ciptaan menyebabkan manusia lebih hebat berbanding makhluk-Nya yang lain.

    Ini diakui melalui firman Allah SWT yang bermaksud:
    “Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak Adam, dan Kami telah beri mereka menggunakan pelbagai kenderaan di darat dan laut, dan Kami telah memberikan rezeki kepada mereka daripada benda yang baik-baik serta Kami lebihkan mereka dengan selebih-lebihnya atas banyak makhluk yang Kami ciptakan.” (Surah al-Isra’, ayat 70)

    Keupayaan manusia sebagai khalifah memerlukan kepada beberapa kekuatan dan tumpuan kali ini akan memfokuskan kepada kekuatan emosi dan jiwa sebagai salah satu faktor penting kejayaan manusia meneruskan tanggungjawabnya untuk memakmurkan alam ini.

    Sesungguhnya kekuatan dalaman juga penting sebagai benteng pertahanan kukuh dalam menghadapi apa juga rintangan hidup. Allah SWT memberi jaminan beruntungnya manusia yang menjaga dan menyucikan hati serta kerugian mereka yang mengotorinya.

    Allah SWT berfirman yang bermaksud:
    “Sesungguhnya berjayalah orang yang menjadikan dirinya (yang sedia bersih) bertambah-tambah bersih (dengan iman dan amal kebajikan). Dan sesungguhnya hampalah orang yang menjadikan dirinya (yang sedia bersih) itu susut dan terbenam kebersihannya (dengan sebab kekotoran maksiat).” (Surah al-Syams, ayat 9-10)

    Kemewahan juga adalah ujian begitu juga kesusahan dan kesedihan. Justeru, Islam mengatur kehidupan manusia bagaimanakah kaedah yang sepatutnya diamalkan dalam menghadapi ujian hidup.

    Zikrullah atau berzikir mengingati Allah SWT salah satu alternatif ke arah pembersihan dan ketenangan jiwa daripada segala macam kekalutan dan sifat mazmumah. Zikrullah yang dimaksudkan ialah mengagungkan Allah SWT, menyebut kalimah Allah SWT, mengucap tasbih, tahmid dan takbir serta melakukan pujian kepada-Nya.

    Termasuk dalam istilah zikrullah ialah mengerjakan solat, menghadiri majlis ilmu dan membaca al-Quran. Ini bererti seseorang hamba Allah SWT perlu dan mesti melakukan perkara itu bagi memenuhi ciri zikrullah sebenar.

    Zikrullah adalah penawar hati paling mujarab dalam memberi ketenangan jiwa bagi mengubat keresahan diri. Ini terbukti melalui firman Allah SWT yang bermaksud:
    “Orang yang beriman itu tenang dan tenteram hati dengan zikrullah. Ketahuilah bahawa dengan zikrullah itu akan tenang tenteramlah hati manusia.” (Surah al-Ra’d, ayat 28).

    Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud: “Zikrullah itu adalah penawar bagi hati.”
    Sesungguhnya zikir itu boleh dilakukan melalui beberapa keadaan sama ada zikir secara bersendirian mahupun berjemaah atau berkumpulan, melalui lisan mahupun dengan hati. Imam al-Nawawi dalam kitabnya al-Azkar ada menyatakan mengenai mengingati Allah SWT dengan lisan atau hati bahawa ia adalah zikir yang paling afdal.

    Zikir dengan lisan adalah dengan menyebut nama Allah SWT berulang kali, menyebut sifat-Nya atau melafazkan puji-pujian kepada-Nya. Zikir dengan hati pula ialah menghadirkan kebesaran, keagungan, kehebatan, kemuliaan dan kesempurnaan Allah SWT dalam diri dan jiwanya sehingga hati itu menjadi sentiasa sibuk dengan mengingati Allah SWT.

    Seseorang yang lidahnya sentiasa basah dengan mengingati Allah SWT akan mendapat beberapa manfaat antaranya ;
    Membersihkan hati daripada sifat mazmumah.
    Melembutkan hati sehingga dapat melihat kebenaran yang datang daripada Allah SWT.
    Berasa betapa dekatnya diri dengan Allah SWT sehingga apabila berhadapan dengan pelbagai musibah, pergantungannya hanya kepada Allah SWT.
    Meningkatkan mutu amalan kepada Allah SWT.

    Memelihara diri daripada gangguan syaitan yang sentiasa mahu menyesatkan manusia daripada mengingati Allah SWT.
    Menjadi penawar kepada hati yang sering gundah gulana, keluh kesah dan tidak tenteram.
    Menghadiri majlis ilmu sama ada berbentuk kuliah, ceramah, seminar atau bengkel turut termasuk dalam kategori zikrullah malah disifatkan oleh Rasulullah SAW sebagai satu daripada taman syurga.

    Baginda SAW bersabda seperti yang diriwayatkan oleh Ibn Umar yang bermaksud: “Apabila kamu melalui taman syurga, maka hendaklah kamu singgah dan ambil perhatian. Sahabat bertanya, apakah dia taman syurga itu wahai Rasulullah? Baginda menjawab ia adalah halaqah (majlis) zikir. Sesungguhnya Allah menghantar utusannya yang terdiri daripada malaikat mencari majlis zikir dan apabila malaikat melihat dan berjumpa dengannya, mereka saling menyebut perkara itu sesama mereka.”

    Rasulullah SAW ada menyebut bahawa malaikat akan turut serta duduk di dalam majlis zikir yang diadakan sehingga mereka merendahkan sayap menaungi mereka yang menghadirinya.
    Allah pula akan menurunkan rahmat dan ketenangan kepada ahli majlis zikir dan apabila mereka selesai, hati mereka dipenuhi cahaya lantaran menerima percikan pancaran nur Ilahi.

    Solat adalah zikrullah seperti dijelaskan Allah SWT dalam firman yang bermaksud:
    “Dirikanlah solat untuk mengingatiKu.” (Surah Toha, ayat 14)
    Solat adalah zikir paling afdal mesti menghiasi individu yang mengaku kasih dan cintakan Allah SWT. Sesungguhnya seseorang yang istiqamah dalam mengerjakan solat, dialah yang hampir dengan Allah SWT. Sesiapa yang lalai daripada mengingati Allah SWT melalui solat, sesungguhnya hati dan jiwanya kosong.

    Membaca al-Quran juga zikir yang paling mulia kerana ia adalah kalam Allah SWT atau kata-kata Allah SWT. Maka apabila seseorang membaca al-Quran, dia sebenarnya menuturkan kata-kata Allah SWT dan itu adalah gambaran betapa hampir dirinya dengan Allah SWT.

    Seseorang individu Muslim hendaklah membaca al-Quran setiap hari supaya hatinya tidak kosong tanpa roh. Apabila membacanya, maka dalam masa sama, pembacanya akan mengingati Allah SWT.

    Apabila seseorang berhadapan dengan kesulitan, zikrullah alternatif dalam menyelesaikan segala masalah. Inilah sebenarnya kekuatan dalaman atau faktor utama keteguhan emosi dalam mengharungi segala macam pancaroba hidup.

    Semoga hati akan menjadi tenang dan segala urusan kehidupan dapat dilaksanakan dengan sempurna. Tindakan menyalahkan takdir atau meletakkan kesalahan kepada orang lain perlulah dielakkan kerana ini bukan sifat orang yang beriman dan tawaduk.

    - Penulis ialah Penolong Pengarah Pusat Pemantapan Akidah, Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (Jakim) Jelebu, Negeri Sembilan.

    Di antara perasaan semulajadi yang Allah kurniakan kepada manusia itu adalah perasaan sedih. Kita sering melihat di dalam media penyiaran mengenai dengan kisah yang meyedihkan hati kita sehingga kita sanggup mengalirkan air mata kerana cerita atau drama tersebut. Ada juga yang membaca novel-novel mengenai kisah cinta dan sebagainya sehingga ada yang menangis kerana terlalu asyik dan khayal dengan kisah novel tersebut. Ada juga yang menangis kerana kesusahan dan ada juga yang menangis kerana terlalu gembira. Ini merupaka perkara yang menjadi fitrah bagi semua manusia.

    Namun berapa ramaikah diantara kita yang sanggup menangis di hadapan Allah Taala ketika bersolat? berapa ramai yang sanggup menangis ketika membaca ayat suci Al-quran ataupun mendengar ayat-ayat yang menggetarkan jiwa kita? Ataupun Al-quran itu hanya untuk dibaca dengan nada-nada yang yang hanya dapat menyedapkan telinga sahaja? Cuba kita renung kepada diri ini, siapa kita sebenarnya di hadapan Allah? Apa yang kita lakukan untuk Allah? Apa sumbangan kita untuk agama Allah? Sudah tentu masing-masing sudah mempunyai jawapan yang tersendiri.

    Alangkah ruginya hidup ini jika tiada tujuan yang sebenar, apakah tujuan sebenar kehidupan ini?
    Tujuannya adalah kita hidup ini untuk menjadi hamba Allah dalam setiap sudut. Di dalam percakapan kita, pergaulan, pekerjaan, pemerintahan, pengibadatan dan semua sudut kehidupan ini. Namun ada segelintir kita tidak mengambil berat dalam masalah ini. Oleh kerana itulah wujud pelbagai masalah dalam kehidupan oleh kerana kita tidak ada sifat ‘kembali kepada Allah (الرجاع إلىألله)

    Setiap pergerakan kita ini mesti bersama Allah. Barulah kita mudah menangis dihadapan Allah. Kita tahu bahawa kita dijadikan dari tanah,akan kembali kepada tanah. Betapa hinanya nilaian kita di sisi Allah Taala. Namun, yang menjadi persoalannya, pernahkah kita merintih dihadapan Allah sebagaimana seoarang anak merintih kepada ibunya kerana inginkan barangan permainan?
    Pernahkah kita menangis dihadapan Allah sebagaimana Saidina Abu Bakar ra yang menangis sehingga basah janggutnya? Alangkah kerasnya hati kita ini…. Alangkah egonya kita…. Jadilah hamba Allah yang selalu menangis kerana takutkan Allah. Sesungguhnya air mata yang mengalir kerana takut kepada kemurkaan Allah itu akan dapat memadamkan bakaran api neraka..

    Bagaimanakah kita ingin lembutkan hati ini??? Al-quran sendiri mengajar kita mengenai perkara ini sebagaiman firman Allah Taala yang bermaksud:
    “ sesungguhnya dengan berzikir kepada Allah hati kamu akan menjadi tenang”
    Ini lah ubat yang paling mujarab bagu hati yang keras. Dan kita hendaklah berdoa dengan doa:
    اللهم ليّن قلبي كما ليّنت الحديد لدآؤد

    Maksudnya:
    Ya Allah lembutkan hati ku sebagaimana engkau lembutkan besi pada nabi Daud as
    Bermacam-macam zikir yang di ajar oleh nabi di dalam hadis untuk kita amalkan. Tetapi zikir itu mestilah bersama dengan hati. Kita amalkan zikir لا إله إلا ألله , kerana sabda nabi saw “ sebaik-baik zikir adalah LAAILAHAA ILLALLLAH”. Di peringkat permulaan amalan zikir ini memanglah agar sukar, tetapi hendaklah di sebut selalu dan di iringi dengan hati. Jika hari-hari hati kita di ketuk dengan zikir ini insyaallah ia akan menjadi lembut dan mudah menangis di hadapan Allah Taala.

    Jika kita lihat kepada sejarah para wali-wali Allah, hati mereka ibarat ada hubungan dengan Allah Taala, tidak ada hijab hati mereka dengan Allah. Inilah orang yang di gelar sebagai rabbaniyyin.
    Orang yang benar-benar mengenal Allah Taala, oleh kerana itu ulama’ mengatakan
    أول ألدين معرفة ألله “ awal-awal agama itu mengenal Allah." Bagaimana kita hendak mengenal Allah Taala? Nabi SAW bersabda:
    من عرف نفسه فقد عرف ربه
    Maksudnya:
    “sesiapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal tuhannya”
    Kita hendakklah tahu tujuan kita dijadikan oleh Allah. Kita ialah sebagai khalifah untuk mentadbir bumi ini mengikut peraturan dan undang-undang dari Allah yang terkandung dalam Al-quran dan hadis.
    Ulama’ menggariskan beberapa persolan dalam kehidupan ini.
    Dari mana kamu datang?
    Untuk apa kamu di dunia?
    Ke mana kamu akan pergi selepas ini?

    Persoalan ini hendaklah di jawab, kita datang dari tanah kemudian dari zat tanah itu jadilah setitis air yang sangat hina disisi Allah.
    Untuk apa kita datang? Kita datang sebagai hamba Allah taala untuk memikul amanah sebagai khalifah Allah.
    Kemana kita selepas hidup ini? Oleh kerana kita milik Allah tentunya kita akan di kembalikan kepada Allah bagi menuju ke negeri akhirat yang kekal selamanya.

    Di dalam tubuh ini ada dua perkara penting. Yang pertama disebut sebagai jasad dan yang kedua di sebut sebagai roh.
    Jasad hendaklah makan zat-zat dari tanah, ini kerana asal kejadian kita ialah dari tanah. Manakala roh pula dari Allah. Maka roh memerlukan bantuan Allah sebagai pembimbing. Maka Allah taala mengutuskan nabi SAW sebagai pembimbing dengan berlandaskan wahyu dari Allah. Firman Allah Taala:
    يسئلونك عن الروح قل الروح من أمر رب

    Maksudnya:
    “ Mereka bertanya mengenai roh, maka jawablah (wahai Muhammad ) roh itu urusan Allah”
    Maka, sebagaimana kita memberi makan kepada jasad, maka begitu jugalah kita mesti memberi makan kepada roh. Dua elemen penting ini di jadikan untuk menguji manusia sejauh mana pengabdian diri kepada Allah.
    Marilah kita sama-sama renungi kepada diri kita sendiri, bagaimana hubungan kita dengan Allah Taala. Pernahkah kita merasa lazatnya ketika bersama dengan Allah. Selama kita solat, berapa kali kita rasa nikmat dan kelazatan dari solat tersebut. Jika jawapannya TIDAK, bilakah lagi masanya…….???

    Andai kata esok kita dijemput oleh Allah. Alangkah ruginya kita semua. Menangislah wahai saudaraku sekalian!!!! Kita insan yang tidak mempunyai harga sedikit pun di sisi Allah. Kita asyik mengejar kemewahan tanpa kita sedar maut sedang mengejar kita.
    Kita tidak pernah menangis untuk diri kita ini, betapa banyaknya dosa ku di sisi mu ya Allah. Ya Allah bukalah pintu keampunan untuk hamba mu ni!!!!!

    Sandiwara Manusia

    Manusia: “Ah dah subuh ya?”
    Malaikat: “Bangunlah wahai anak Adam, tunaikan solat subuh mu..”
    Syaitan: “Alahhhhhh, sekejab lah, lagi tidur ni…saya lagi…zzzzzzzz”
    Manusia: “Aku mau makan dah lapar ni”
    Malaikat: “Wahai Anak Adam, mulailah dengan Bismillah dan memakai tangan kanan”
    Syaitan: “Ahh, lama sangat… dah lapar ini!! Mmm..sedap nyaaaa”
    Manusia: “Hari ini mau pakai apa ya?”
    Malaikat: “Wahai anak Adam, pakailah pakaian yg menutup aurat”
    Syaitan: “Ahh, panaslahhhhhh

    Peristiwa nuzul al-Quran menjadi satu rakaman sejarah dalam kehidupan Nabi SAW hingga seterusnya berperingkat-peringkat menjadi lengkap sebagaimana kitab al-Quran yang ada pada kita hari ini. Peristiwa Nuzul al-Quran berlaku pada malam Jumaat, 17 Ramadan, tahun ke-41 daripada keputeraan Nabi Muhamad SAW. Perkataan ‘Nuzul’ bererti turun atau berpindah dari atas ke bawah. Bila disebut bahawa al-Quran adalah mukjizat terbesar Nabi SAW maka ianya memberi makna terlalu besar kepada umat Islam terutamanya yang serius memikirkan rahsia al-Quran.

    ‘Al-Quran’ bererti bacaan atau himpunan. Di dalamnya terhimpun ayat yang menjelaskan pelbagai perkara meliputi soal tauhid, ibadat, jinayat, muamalat, sains, teknologi dan sebagainya. Kalimah al-Quran, sering dicantumkan dengan rangkai kata ‘al-Quran mukjizat akhir zaman’ atau ‘al-Quran yang mempunyai mukjizat’. Malah inilah sebenarnya kelebihan al-Quran tidak ada satu perkara pun yang dicuaikan atau tertinggal di dalam al-Quran. Dengan lain perkataan segalanya terdapat di dalam al-Quran.

    Firman Allah:
    Dan tidak seekor pun binatang yang melata di bumi, dan tidak seekor pun burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan mereka umat-umat seperti kamu. Tiada Kami tinggalkan sesuatu pun di dalam kitab Al-Quran ini; kemudian mereka semuanya akan dihimpunkan kepada Tuhan mereka (untuk dihisab dan menerima balasan). (Al-An’am:38)

    Al-Qur'an adalah hidayah, rahmat, syifa, nur, furqan dan pemberi penjelasan bagi manusia.. Segala isi kandungan al-Quran itu benar. Al-Quran juga dikenali sebagai Al-Nur bererti cahaya yang menerangi, al-Furqan bererti yang dapat membezakan di antara yang hak dan batil dan al-Zikr pula bermaksud yang memberi peringatan.

    Dalam sejarah kehidupan Nabi SAW ayat al-Quran yang mula-mula diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibrail ialah lima ayat pertama daripada surah Al-‘Alaq. maksudnya:
    ”Bacalah (wahai Muhammad) dengan nama Tuhan mu yang menciptakan (sekalian makhluk), Ia menciptakan manusia dari sebuku darah beku; Bacalah, dan Tuhan mu Yang Maha Pemurah, -Yang mengajar manusia melalui pena dan tulisan, -Ia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (al-‘alaq:1-5)

    Hubungan Lailatul Qadar dan Nuzul al-Quran

    Lailatul Qadar pula ialah suatu malam pada bulan Ramadhan yang begitu istimewa sekali fadilatnya. Malam al-Qadar adalah suatu malam yang biasanya berlaku pada 10 akhir Ramadhan dan amalan pada malam itu lebih baik baik dari 1000 bulan.

    Apakah kaitannya malam al-Qadar dengan nuzul al-Quran? Sebenarnya al-Quran dan malam Lailatulqadar mempunyai hubungan yang rapat antara satu sama lain sebagaimana yang diterangkan di dalam kitab Allah dan hadis Rasulullah SAW di antaranya firman Allah SWT
    Maksudnya:

    Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Quran) ini pada Malam Lailatul-Qadar, Dan apa jalannya engkau dapat mengetahui apa dia kebesaran Malam Lailatul-Qadar itu? Malam Lailatul-Qadar lebih baik daripada seribu bulan. Pada Malam itu, turun malaikat dan Jibril dengan izin Tuhan mereka, kerana membawa segala perkara (yang ditakdirkan berlakunya pada tahun yang berikut); Sejahteralah Malam (yang berkat) itu hingga terbit fajar! (al-Qadar:1-5)

    Mengikut satu pandangan, ayat ini diturunkan berdasarkan satu riwayat dari Ali bin Aurah, pada satu hari Rasulullah SAW telah menyebut 4 orang Bani Israel yang telah beribadah kepada Allah selama 80 tahun. Mereka sedikit pun tidak derhaka kepada Allah, lalu para sahabat kagum dengan perbuatan mereka itu. Jibril datang memberitahu kepada Rasulullah SAW menyatakan bahawa Allah SWT menurunkan yang lebih baik dari amalan mereka. Jibril pun membaca surah al-Qadar dan Jibril berkata kepada Rasulullah ayat ini lebih baik daripada apa yang engkau kagumkan ini menjadikan Rasulullah SAW dan para sahabat amat gembira.

    Dalam hadis yang lain Aishah juga meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW bersabda bersedialah dengan bersungguh-sungguh untuk menemui malam Lailatul qadar pada malam-malam yang ganjil dalam 10 malam yang akhir daripada bulan Ramadhan.

    Kesimpulan

    Sebagai kesimpulannya marilah kita sama-sama menghayati nuzul al-Quran ini sebagai suatu peristiwa besar yang penuh makna dan hikmah. Kita seharusnya melihat al-Quran itu sebagai ‘kitab induk’ panduan Ilmu pengetahuan untuk memajukan manusia seluruhnya. Memajukan manusia yang lebih penting adalah memajukan umat Islam terlebih dahulu melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

    Membaca al-Quran itu adalah suatu ibadah. Sekarang bolehlah kita panjangkan ‘membaca’ al-Quran itu kepada menganalisa, mengkaji, menyelidiki dan mencari rahsia ilmu pengetahuan di dalam al-Quran dan seterusnya menghasilkan penulisan-penulisan yang akhirnya memajukan dunia ini dan khasnya memajukan umat Islam dan seterusnya mengeluarkan umat Islam dari belenggu kelemahan dan penghinaan. Umat Islam juga perlu mempertingkatkan amal ibadah terutamanya mengejar anugerah Tuhan yang tidak terhingga kepada umat Islam akhir zaman. Beribadah di 10 akhir Ramadhan memberikan kita peluang keemasan ganjaran pahala seolah-olah beribadah sepanjang hidup kita iaitu 1000 bulan (sekitar 83 tahun).

    Nilai Pakai Tudung

    Di sini Darul Nu'man ingin menyentuh tentang pemakaian tudung kaum wanita masa kini sebagai renungan bagi wanita Islam. Bila wanita menjaga auratnya dari pandangan lelaki bukan muhram, bukan sahaja dia menjaga maruah dirinya, malah maruah wanita mukmin keseluruhannya. Harga diri wanita terlalu mahal. Ini kerana syariat telah menetapkan supaya wanita berpakaian longgar dengan warna yang tidak menarik serta menutup seluruh badannya dari kepala hingga ke kaki.

    Kalau dibuat perbandingan dari segi harta dunia seperti intan dan berlian, ianya dibungkus dengan rapi dan disimpan pula di dalam peti besi yang berkunci. Begitu juga diumpamakan dengan wanita, Kerana wanita yang bermaruah tidak akan mempamerkan tubuh badan di khalayak umum. Mereka masih boleh tampil di hadapan masyarakat bersesuaian dengan garisan syarak. Wanita tidak sepatutnya mengorbankan maruah dan dirinya semata-mata untuk mengejar pangkat, darjat, nama, harta dan kemewahan dunia.

    Menyentuh berkenaan pakaian wanita, alhamdulillah sekarang telah ramai wanita yang menjaga auratnya, sekurang-kurangnya dengan memakai tudung. Dapat kita saksikan di sana sini wanita mula memakai tudung. Pemakaian tudung penutup aurat sudah melanda dari peringkat bawahan hingga kepada peringkat atasan. Samada dari golongan pelajar-pelajar sekolah hinggalah kepada pekerja-pekerja pejabat-pejabat.

    Walaupun pelbagai gaya tudung diperaga dan dipakai, namun pemakaiannya masih tidak lengkap dan sempurna. Masih lagi menampakkan batang leher, dada dan sebagainya. Ada yang memakai tudung, tetapi pada masa yang sama memakai kain belah bawah atau berseluar ketat dan sebagainya. Pelbagai warna dan pelbagai fesyen tudung turut direka untuk wanita-wanita Islam kini.

    Ada rekaan tudung yang dipakai dengan songkok di dalamnya, dihias pula dengan kerongsang (broach) yang menarik. Labuci warna-warni dijahit pula di atasnya. Dan berbagai-bagai gaya lagi yang dipaparkan dalam majalah dan suratkhabar fesyen untuk tudung. Rekaan itu kesemuanya bukan bertujuan untuk mengelakkan fitnah, sebaliknya menambahkan fitnah ke atas wanita.

    Walhal sepatutnya pakaian bagi seorang wanita mukmin itu adalah bukan sahaja menutup auratnya, malah sekaligus menutup maruahnya sebagai seorang wanita. Iaitu pakaian dan tudung yang tidak menampakkan bentuk tubuh badan wanita, dan tidak berhias-hias yang mana akan menjadikan daya tarikan kepada lelaki bukan muhramnya. Sekaligus pakaian boleh melindungi wanita dari menjadi bahan gangguan lelaki yang tidak bertanggungjawab.

    Bilamana wanita bertudung tetapi masih berhias-hias, maka terjadilah pakaian wanita Islam sekarang walaupun bertudung, tetapi semakin membesarkan riak dan bangga dalam diri. Sombong makin bertambah. Jalan mendabik dada. Terasa tudung kitalah yang paling cantik, up-to-date, sofistikated, bergaya, ada kelas dan sebagainya. Bertudung, tapi masih ingin bergaya.

    Kesimpulannya, tudung yang kita pakai tidak membuahkan rasa kehambaan. Kita tidak merasakan diri ini hina, banyak berdosa dengan Tuhan mahupun dengan manusia. Kita tidak terasa bahawa menegakkan syariat dengan bertudung ini hanya satu amalan yang kecil yang mampu kita laksanakan. Kenapa hati mesti berbunga dan berbangga bila boleh memakai tudung?

    Ada orang bertudung tetapi lalai atau tidak bersembahyang. Ada orang yang bertudung tapi masih lagi berkepit dan keluar dengan teman lelaki . Ada orang bertudung yang masih terlibat dengan pergaulan bebas. Ada orang bertudung yang masih menyentuh tangan-tangan lelaki yang bukan muhramnya. Dan bermacam-macam lagi maksiat yang dibuat oleh orang-orang bertudung termasuk kes-kes besar seperti zina, khalwat dan sebagainya.

    Jadi, nilai tudung sudah dicemari oleh orang-orang yang sebegini. Orang Islam lain yang ingin ikut jejak orang-orang bertudung pun tersekat melihat sikap orang-orang yang mencemari hukum Islam. Mereka rasakan bertudung atau menutup aurat sama sahaja dengan tidak bertudung. Lebih baik tidak bertudung. Mereka rasa lebih bebas lagi.

    Orang-orang bukan Islam pula tawar hati untuk masuk Islam kerana sikap umat Islam yang tidak menjaga kemuliaan hukum-hakam Islam. Walaupun bertudung, perangai mereka sama sahaja dengan orang-orang bukan Islam. mereka tidak nampak perbezaan agama Islam dengan agama mereka.

    Lihatlah betapa besarnya peranan tudung untuk dakwah orang lain. Selama ini kita tidak sedar diri kitalah agen bagi Islam. Kita sebenarnya pendakwah Islam. Dakwah kita bukan seperti pendakwah lain tapi hanya melalui pakaian.

    Kalau kita menutup aurat, tetapi tidak terus memperbaiki diri zahir dan batin dari masa ke semasa, kitalah punca gagalnya mesej Islam untuk disampaikan. Jangan lihat orang lain. Islam itu bermula dari diri kita sendiri.

    Ini tidak bermakna kalau akhlak belum boleh jadi baik tidak boleh pakai tudung. Aurat, wajib ditutup tapi dalam masa yang sama, perbaikilah kesilapan diri dari masa ke semasa. Tudung di luar tudung di dalam (hati). Buang perangai suka mengumpat, berdengki, berbangga, ego, riak dan lain-lain penyakit hati.

    Walau apapun, kewajipan bertudung tidak terlepas dari tanggungjawab setiap wanita Muslim. Samada baik atau tidak akhlak mereka, itu adalah antara mereka dengan Allah. Amat tidak wajar jika kita mengatakan si polanah itu walaupun bertudung, namun tetap berbuat kemungkaran. Berbuat kemungkaran adalah satu dosa, manakala tidak menutup aurat dengan menutup aurat adalah satu dosa lain.

    Kalau sudah mula menutup aurat, elak-elaklah diri dari suka bertengkar. Hiasi diri dengan sifat tolak ansur. Sentiasa bermanis muka. Elakkan pergaulan bebas lelaki perempuan. Jangan lagi berjalan ke hulu ke hilir dengan teman lelaki. Serahkan pada Allah tentang jodoh. Memang Allah sudah tetapkan jodoh masing-masing. Yakinlah pada ketentuan qada' dan qadar dari Allah.

    Apabila sudah menutup aurat, cuba kita tingkatkan amalan lain. Cuba jangan tinggal sembahyang lagi terutama dalam waktu bekerja. Cuba didik diri menjadi orang yang lemah-lembut. Buang sifat kasar dan sifat suka bercakap dengan suara meninggi. Buang sikap suka mengumpat, suka mengeji dan mengata hal orang lain. jaga tertib sebagai seorang wanita. Jaga diri dan maruah sebagai wanita Islam. Barulah nampak Islam itu indah dan cantik kerana indah dan cantiknya akhlak yang menghiasi peribadi wanita muslimah.

    Barulah orang terpikat untuk mengamalkan Islam. Dengan ini, orang bukan Islam akan mula hormat dan mengakui "Islam is really beautiful." Semuanya bila individu Islam itu sudah cantik peribadinya. Oleh itu wahai wanita-wanita Islam sekalian, anda mesti mengorak langkah sekarang sebagai agen pengembang agama melalui pakaian.


    --------------------------------------------------------------------------------

    Rukun Islam

    Lima Rukun Islam (B. Arab: اركان الدين) adalah lima amalan keperluan kepada Islam Sunah. Muslim Syi'ah melanggan kepada lapan upacara amalan iaitu cukup besar bertindih dengan Lima Rukun. Berikut ialah:

    1. Syahadah, iaitu fahaman asas atau ajaran Islam:

    اشهد ان لا اله الا الله اشهد ان محمدا رسول الله
    'ašhadu 'al-lā ilāha illā-llāhu wa 'ašhadu 'anna muħammadan rasūlu-llāh
    Aku bersaksi tiada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahawa Muhammad adalah pesuruh Allah

    Wasiat ini adalah asas untuk semua kepercayaan lain dan amalan dalam Islam (walaupun secara teknikalnya Syi'ah tidak menganggap syahadah menjadi rukun terasing, hanyalah kepercayaan). Muslim harus mengulangi syahadah dalam sembahyang, dan bukan-Muslim yang ingin memeluk Islam diperlukan untuk membaca fahaman ini.

    2. Solat, atau upacara sembahyang, iaitu harus dilakukan lima kali sehari. (Bagaimanapun, Syi'ah diperlukan untuk lakukan pada tengahari dengan sembahyang tengahari, dan petang dengan sembahyang malam). Setiap solat selesai mengadap Kaabah di Makkah. Solat dilakukan untuk memfokuskan minda pada Allah, dan dilihat sebagai komunikasi peribadi dengan-Nya yang meluahkan kesyukuran dan penyembahan. Solat adalah wajib tetapi fleksibiliti dalam spesifik dibenarkan bergantung pada keadaan. Di kebanyakan negara Muslim, peringatan yang dipanggil Adhan (panggilan kepada sembahyang) disiarkan secara umum dari masjid tempatan pada masa yang sesuai. Ibadat ini dibaca dalam bahasa Arab, dan terdiri dari ayat dari Al-Qur'an..

    3. Zakat, atau pemberian-sedekah. Ini adalah amalan pemberian berdasarkan pada kekayaan yang dikumpul, dan wajib untuk semua Muslim yang mampu. Bahagian yang ditetapkan digunakan untuk membantu yang miskin dan yang memerlukan, dan juga untuk membantu menyebarkan Islam. Zakat dianggap kewajipan keagamaan (bertentangan dengan kebajikan sukarela) yang diluar berhutang kepada yang memerlukan kerana kekayaan mereka dilihat sebagai "amanah dari pemberian Allah". Al-Qur'an dan hadith juga mencadangkan seorang Muslim memberikan lebih sebagai tindakan pemberian-sedekah (sadaqah). Ramai orang Syi'ah dijangka untuk membayar kadar tambahan dalam bentuk cukai khums iaitu mereka menganggap menjadi amalan upacara terasing.

    4. Puasa, atau berpuasa pada bulan Ramadan. Muslim harus tidak makan atau minum (dikalangan perkara lain) dari subuh hingga senja semasa bulan ini, dan harus berwaspada dari dosa lain. Puasa ini ialah untuk menggalakkan rasa dekat pada Allah, dan semasanya Muslim patut meluahkan kesyukuran dan bergantungan mereka kepada-Nya, bertaubat dari dosa mereka yang lalu, dan memikirkan pada yang memerlukan. Puasa tidak wajib untuk beberapa kumpulan iaitu ia akan membawa kepada beban yang berlebihan. Untuk yang lain, fleksibiliti dibenarkan bergantung pada keadaan, tetapi tertinggal puasa lazimnya harus diqadakkan segera.

    5. Haji, iaitu merupakan ziarah semasa bulan Islam dari Zulhijjah di bandar Makkah. Setiap Muslim yang berbadan-mampu yang boleh mampukannya harus membuat ziarah ke Makkah sekurang-kurangnya sekali seumur hidupnya. Apabila penziarah ialah sekitar 10 kilometer dari Makkah, dia harus berpakaian dalam pakaian Ihram, iaitu terdiri dari dua helai tak kelim putih. Upacara Haji termasuk berjalan tujuh kali mengelilingi Kaabah, menyentuh Batu Hitam, berjalan tujuh kali antara Gunung Safa dan Gunung Marwah, dan secara simboliknya melontar jamrah di Mina. Penziarah, atau penghaji, dianugerahkan dalam komunitinya, walaupun guru Islam mengatakan bahawa Haji patut dijadikan luahan dari kebaktian pada Allah berbanding dari kenaikan kedudukan sosial.

    Tambahan kepada cukai khums, Muslim Syi'ah menganggap tiga amalan tambahan perlu kepada agama Islam. Pertamanya ialah jihad, iaitu juga penting kepada Sunah, tetapi tidak dianggap sebagai satu rukun. Kedua ialah Amr-Bil-Ma'rūf, "Menyuruh kepada Kebaikan", iaitu menyuruh untuk setiap Muslim untuk hidup dalam kehidupan kebaikan dan menggalakkan yang lain untuk lakukan yang sama. Yang ketiga ialah Nahi-Anil-Munkar, "Mencegah dari Kemungkaran", dimana menyuruh Muslim untuk menahan diri dari mungkar dan dari perbuatan maksiat dan juga untuk menggalakkan yang lain untuk lakukan yang sama.

    Rukun Iman

    1. Percaya kepada Allah

    Konsep yang paling asas ialah percaya bahawa tuhan itu satu (Tauhid). Konsep keesaan Allah ini adalah mutlak, dan tidak relatif kepada apa apa jua yang wujud di dunia ini. Dalam Surah Al-Ikhlas,

    "Katalah (wahai Muhammad) bahawa Allah itu tunggal. Allah tempat meminta. Tidak Dia beranak dan tidak juga Dia diperanakkan.Dan tiada yang serupa denganNya, Dialah Tuhan yang Esa."
    Dalam Bahasa Melayu, perkataan Allah sememangnya dikhaskan untuk merujuk Tuhan dalam Islam. Walaubagaimanapun, perkataan Arab Allah boleh diterjemahkan juga kepada perkataan Tuhan kerana Allah bukanlah nama khas untukNya. Ini berbeza dengan Yahudi, kerana nama Yahweh adalah nama khas tuhan mereka. Walaupun tiada imej visual Tuhan atau gambaran mengenaiNya (disebabkan larangan dalam memuja sesuatu), Muslim mendefinisi Tuhan melalui sifat-sifatNya, yang dikenali sebagai 99 nama Allah.
    Wajib bagi orang Islam lelaki dan perempuan yang telah baligh dan berakal untuk mengetahui sifat-sifat wajib bagi Allah, sifat-sifat mustahil dan sifat jaizNya, yang jumlah kesemuanya ada 41. Sifat-sifat wajib Allah ada dua puluh, sifat-sifat mustahil juga dua puluh dan sifat jaizNya ada satu.(Lihat juga:Sifat-sifat Allah)
    Allah ialah nama bagi Tuhan yang sebenar. Allah yang mencipta seluruh alam dan isinya. Allah yang mengatur dan menjaganya. Allah tidak boleh dilihat, tetapi bukti-bukti sangat banyak untuk menunjukkan pada akal yang waras dan adil bahawa Allah itu wajib ada. Bukan sekadar kita wajib mempercayai bahawa Allah itu ada, bahkan wajib pula kita menyembah NYA.
    Untuk hendak mempercayai Allah dan menyembah NYA, manusia wajib mengenal Allah dengan betul. Dan untuk hendak mengenali Allah dengan betul, manusia mestilah mencari dan mengkaji dalil-dalil dari Al Quran, Hadis dan Akal. Jika kita tidak mengenal Allah dengan betul, nescaya akan sesat dan kafirlah kita.

    2. Percaya kepada Para Malaikat

    Rukun iman yang kedua ialah percaya kepada Malaikat. Setiap muslim yang mengucap syahadah wajib mempercayai adanya malaikat. Malaikat juga adalah makhluk Allah yang diciptakan dari cahaya. Zat malaikat adalah halus, tidak nampak oleh mata kasar manusia biasa tetapi mampu dilihat oleh manusia yang luar biasa seperti Nabi dan Rasul. Rupa malaikat yang sebenar hanya Allah sahaja yang tahu. Namun berdasarkan hadis, malaikat mampu menjelma dalam pelbagai rupa manusia dan bentuk makhluk yang lain. Ia berakal, boleh berkata-kata dan boleh bergerak ke suatu jarak yang jauh dalam masa yang singkat. Keadaan malaikat semata-mata adalah untuk taat dan menjalankan titah perintah Allah. Malaikat itu tidak makan dan tidak minum, tidak mengantuk dan tidak tidak tidur, tidak juga ia berasa penat dan letih.
    Malaikat sangat banyak bilangannya dan Allah sahaja yang tahu bilangan sebenarnya. Dalam ilmu Tauhid, umat Islam diwajibkan mengenal 10 malaikat dan tugasan mereka. Iaitu :

    Jibrail : Tugasnya membawa wahyu dari Allah Ta’ala kepada Rasul-rasul dan Nabi-nabi, juga menguruskan bala seperti gempa bumi, air bah, ribut dan lain-lain lagi. Mikail : Tugasnya membawa rezeki dengan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, membiakkan haiwan, mengeluarkan hasil galian bumi. Israfil : Tugasnya untuk meniup “sangkakala” ketika sampai masa kiamat iaitu bumi akan hancur dab sekali lagi ia meniup sangkakala itu ketika sampai masa manusia hidup semula dan keluar dari kubur untuk perhitungan di akhirat. ‘Izrail : Tugasnya ialah mengambil nyawa, iaitu mematikan apabila sudah sampai ajal, dan tugasnya mengambil nyawa tidak akan cepat sesaat dan tidak akan lewat sesaat. Mungkar : Tugasnya menyoal orang mati di alam kubur. Nakir : Tugasnya menyoal orang mati di alam kubur. Raqib : Tugasnya ialah menulis pahala bagi orang yang membuat kebaikan. ‘Atid : Tugasnya adalah untuk menulis dosa bagi orang yang membuat mungkar dan kejahatan. Ridhwan : Tugasnya menjaga syurga. Malik : Tugasnya menjaga neraka. Frman Allah Ta’ala Surah At Tahrim ayat 66:
    Malaikat itu tidak menderhaka kepada Allah mengenai apa yang DIA perintah kepada mereka, dan mereka membuat apa jua perintah oleh-NYA.

    Malaikat dijadikan Allah untuk menjalankan tugas-tugas yang tertentu dan berlainan. Setiap tugasan yang diberikan Allah kepada Malaikat, akan dilakukan oleh Malaikat tanpa kompromi.
    Zaman sekarang, sudah ada orang yang mendakwa mampu menghalang tugas Malaikat. Ada yang mendakwa boleh “slow talk” dengan 'Izrail untuk tidak mencabut nyawa seseorang. Sedangkan ‘Izrail yang ditugaskan untuk mencabut nyawa, apabila sudah sampai ajal seseorang sebagaimana yang tertulis di Lauh Mahfuz, 'Izrail akan menjalankan perintah yang Allah arahkan dengan mencabut ajal makhluk tersebut, tidak cepat sesaat dan tidak lewat sesaat. Begitulah yang diperjelaskan dalam ilmu Tauhid Ahlus Sunnah wal Jamaah. Jelas menunjukkan dakwaan ahli bidaah ini bertentangan dengan Al Quran Surah At Tahrim ayat ke 66. Sekaligus kenyataan dan dakwaan mereka telah membatalkan keIslaman dan keimanan mereka.
    Percaya adanya Malaikat yang telah diciptakan oleh Allah untuk melaksanakan perintah Allah. Allah menciptakan Malaikat dari Nur iaitu cahaya. Maka, Malaikat tidak terdiri daripada jisim dan tidak diberikan nafsu untuk makan, minum atau tidur. Malaikat juga tidak mempunyai jantina untuk memudahkan mereka mentaati Allah sepanjang masa.

    3. Percaya kepada Kitab-Kitab Allah

    Salah satu daripada Rukun Iman agama Islam adalah percaya kepada kitab-kitab yang telah diturunkan oleh Allah.
    Orang Islam percaya bahawa Allah telah menurunkan kitab-kitab kepada para nabi dan rasul untuk membimbing manusia ke jalan yang benar. Ia diakhiri dengan kitab Al-Quran.
    Kitab-kitab yang wajib diimankan adalah:
    Taurat: diturunkan kepada Nabi Musa a.s. Zabur: diturunkan kepada Nabi Daud a.s. Injil: diturunkan kepada Nabi Isa a.s. Al-Quran: diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w. Orang Islam percaya bahawa pada masa kini, kitab-kitab selain Al-Quran telah diubahsuai mengikut kehendak pihak-pihak tertentu; maka ia bukan lagi merupakan naskah-naskah yang tulen. Al-Quran menyempurnakan segala kitab-kitab yang terdahulu.

    4. Percaya kepada Nabi dan Rasul

    Beriman kepada nabi dan rasul ialah meyakini bahwa nabi dan rasul itu benar-benar diangkat oleh Allah SWT untuk membimbing manusia ke arah jalan hidup yang baik yang diridlai Allah. Islam mengajar umatnya bahawa Allah menyampaikan wahyuNya melalui malaikat kepada nabi dan rasul. Nabi ialah seorang lelaki yang dipilih Allah untuk menerima wahyu untuk kegunaan dirinya dan umatnya sahaja.
    Rasul dan nabi merupakan manusia biasa. Islam menghendaki penganutnya untuk mempercayai setiap nabi dan rasul ini dan tidak membezakan mereka antara satu sama lain. Rasul pula merupakan seorang lelaki yang dipilih untuk menerima wahyu untuk dirinya serta disampaikan kepada orang lain. Dilaporkan terdapat 313 orang telah dipilih sebagai rasul sejak bermulanya penciptaan manusia. Manakala bilangan nabi pula adalah 124,000 orang (termasuk rasul). Terdapat lebih kurang 25 rasul yang dinyatakan dalam Al-Quran, termasuk Adam, Idris, Nuh, Lut, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad.
    Muhammad merupakan nabi dan rasul yang terakhir. Ini bermakna tiada nabi dan rasul akan dilantik selepas kewafatan baginda. Baginda telah menyampaikan peringatan terakhir (iaitu Al Quran dan As Sunnah) kepada manusia sebelum berlakunya hari kiamat.
    Di antara 25 rasul, terdapat 5 orang rasul yang mendapatkan gelar Ulul Azmi. Ulul Azmi adalah gelar yang diberikan kepada rasul Allah yang memiliki ketabahan yang luar biasa dalam menyampaikan risalahnya.
    Rasul diberi tugas oleh Allah. Secara umumnya, tugas nabi dan rasul adalah membawa kebenaran, memberikan khabar gembira dan peringatan kepada umatnya agar mereka menjadi umat yang beriman kepada Allah agar tidak sengsara dunia dan akhirat. Para rasul diberi wahyu oleh Allah yang membuktikan bahwa mereka adalah pembimbing dalam segala amal perbuatannya pantas dijadikan cermin tauladan.
    Apakah hikmah atau faedah diadakan Rasul dan Nabi ?
    Antara faedahnya ialah Allah mahu diri NYA dikenali. Rasul dan Nabi diutus kepada umat manusia agar umat manusia kenal Allah sebagai Tuhan yang menciptakan alam ini. Dengan adanya Rasul dan Nabi, manusia akan kenal dengan tepat dan siapa Tuhan yang sebenar, serta faham pula kewajipan-kewajipan yang perlu ditunaikan sebagai seorang makhluk yang diciptakan Allah SWT. Jika seseorang yang diciptakan Allah tidak kenal siapa Tuhannya yang sebenar dan tidak mengakui keagungannya dengan jalan yang sebenar, nescaya sesatlah dirinya dan segala amal kebajikan yang dilaksanakannya tiada nilai disisi Allah.
    Sifat-sifat Rasul dan Nabi
    Ada 4 sifat yang Wajib bagi Rasul/Nabi. Ada 4 sifat yang Mustahil bagi Rasul/Nabi. Ada satu sifat yang Harus bagi Rasul/Nabi.
    1. Siddiq maknanya Benar. Apa yang disabdakan oleh Rasul/Nabi adalah benar dan dibenarkan kata-katanya. Siddiq dan sadiqul masduq. Rasul/Nabi tidak berkata-kata melainkan apa yang telah diwahyukan oleh Allah SWT. Mustahil Rasul/Nabi bersifat dengan sifat KIZZIB (Dusta ). Mustahil Rasul/Nabi mengatakan sesuatu yang tidak dia ketahui dan tidak diwahyukan Allah kepadanya. Firman Allah bermaksud: Tidaklah dia (Rasulullah SAW) mengucapkan mengikut kemahuan hawa nafsunya. Apa yang diucapkan tidak lain melainkan wahyu yang diwahyukan. (An-Najm: 3-4).
    2. Sifat yang wajib bagi Rasul/Nabi adalah AMANAH. Amanah ialah Rasul/Nabi akan melakukan sesuatu serta melaksanakan hokum-hukum Allah dengan benar dan tepat sebagaimana yang diwahyukan Allah SWT. Dan juga Rasul/Nabi tidak memungkiri janji.
    “Barangsiapa yang berdusta atas nama ku, siapkanlah tempatnya di dalam api neraka “ (Bukhari, Muslim )
    Maka mustahil Rasul/Nabi bersifat KHIANAT iaitu tidak amanah dan mungkir janji.
    3. Wajib bagi Rasul/Nabi bersifat dengan sifat TABLIGH iaitu menyampaikan. Rasul/Nabi menyampaikan kepada umatnya apa yang Allah wahyukan kepadanya. Mustahil Rasul/Nabi bersifat dengan sifat KITMAN iaitu menyembunyikan.
    Wajib bagi Rasul/Nabi bersifat dengan sifat FATANAH iaitu bijaksana. Rasul/Nabi mampu memahami perintah-perintah Allah dengan betul dan tepat. Mampu pula berhadapan dengan penentang-epnentangnya dengan bijaksana dengan bukti-bukti yang kukuh . Mustahil Rasul/Nabi bersifat dengan sifat Jahlun iaitu bebal.
    Dan satu sifat yang jaiz atau sifat yang harus bagi Rasul/Nabi ialah Aradhul Basyariyah iatu untuk bersifat dengan sifat-sifat yang dipunyai oleh manusia-manusia biasa. Seperti ingin makan, berkahwin, mempunyai zuriat dan sebagainya.

    5. Percaya kepada hari akhirat

    Kita wajib percaya akan datangnya Hari Kemudian atau akhirat sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT dalam al-Qur’an. Di terangkan bahawa pada akhir zaman akan datang suatu hari di mana semua makhluk yang ada akan menjadi rosak dan binasa, dimusnahkan dan akan dibangunkan semula. Kerana itu, hari akhirat turut mendapat julukan hari kiamat atau pembangkitan.
    Setelah segalanya hancur pada hari kiamat, Allah memerintahkan kepada malaikat Israfil untuk bangun terlebih dahulu dan melaksanakan perintah Allah SWT meniup sangkakala, maka bangunlah nyawa yang telah mati untuk dihadapkan ke pengadilan Allah SWT dan mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya selama di dunia. Itulah hari pembalasan. Siapa yang amalannya lebih banyak dengan kebaikkan akan mendapat kebahagiaan di syurga. Sebaliknya, bagi amalannya lebih banyak yang jahat akan mendapat siksaan dan ditempatkan di neraka.

    6. Percaya kepada Qada' dan Qadar

    Kita wajib percaya bahawa segala sesuatu yang telah terjadi dan yang akan terjadi, semuanya itu, menurut apa yang ditentukan dan ditetapkan oleh Tuhan Allah, sejak sebelumnya (zaman azali). Jadi segala sesuatu itu (nasib baik dan buruk) sudah diatur dengan rencana-rencana tertulis atau batasan-batasan yang tertentu. Tetapi kita tidak dapat mengetahuinya sebelum terjadi. Rencana sebelumnya itu Qadar atau Takdir bermaksud ketetapan. Terlaksananya berupa kenyataan, dinamakan Qada bermaksud keputusan perbuatan (pelaksanaan). Sebahagian Ulama’ menamakan takdir itu juga qada dan qada.

    Malapetaka yang melanda dunia hari ini memberikan satu isyarat kepada kita bahawa usia dunia sudah semakin lanjut ibarat seorang tua yang pernah digambarkan di dalam peristiwa Israk dan Mikraj.
    Jika ketika itu usia dunia diumpamakan dengan seorang wanita tua yang sudah bongkok, bagaimanakah pula wanita tua itu di waktu ini?
    Fenomena ketidakstabilan alam yang berlaku saban hari waktu ini seolah-olah tidak dapat dibendung lagi. Gempa bumi, tanah runtuh, banjir besar, peperangan, pembunuhan, kemalangan maut dan kesuburan maksiat semakin menjadi-jadi.

    Sebagai contoh banjir kilat yang melanda di tengah-tengah kesibukan kotaraya Kuala Lumpur. Meskipun kecanggihan teknologi yang digunakan didakwa boleh membendung kejadian ini dari berlaku namun kuasa Allah tiada siapa dapat menghalangnya.
    Sebagai seorang muslim yang beriman, kacau bilau yang berlaku tidak seharusnya dibiarkan berlalu tanpa sebarang iktibar dan renungan. Mengaitkan apa yang berlaku hanya dengan perubahan cuaca global dan faktor alam semulajadi hanya membutakan iman kita.
    Jika diteliti ayat-ayat al-Quran dan hadis-hadis Nabi s.a.w pastinya terdapat panduan yang boleh memberikan penjelasan mengenai suasana yang berlaku hari ini.

    Sabda Rasulullah s.a.w, “Hari kiamat tidak akan berlaku hinggalah harta benda menjadi melimpah ruah kemudian timbulnya bermacam fitnah dan banyaknya berlaku al-Harj. Sahabat bertanya baginda: Apakah al-Harj itu wahai Rasulullah? Baginda menjawab: Pembunuhan! Pembunuhan! Pembunuhan! Sebanyak tiga kali”. (Riwayat Ibnu Majah)
    Perkataan al-Harj jika dilihat di dalam konteks hadis ini ia merangkumi makna yang lebih luas iaitu peperangan, huru-hara dan kacau bilau yang berlaku. Sebabnya semua suasana ini boleh membawa kepada hilangnya rasa selamat dan keamanan hidup manusia. Dalam erti kata lain ia membunuh kesejahteraan hidup manusia.

    Di dalam hadis yang lain Nabi s.a.w pernah bersabda, “Barang siapa yang mahu melihat gambaran hari kiamat seolah-olah ia melihat dengan matanya sendiri, maka bacalah (surah-surah): (Apabila matahari digulung) dan (Apabila langit terbelah) dan (Apabila langit berkecai/terbelah)”. (Riwayat Imam Ahmad dan al-Tarmizi).
    Ketiga-tiga ayat yang dinyatakan oleh Rasulullah s.a.w di atas ialah surah At-Takwir, Al-Infitar dan Al-Insyiqaq. Di dalam surah Al-Takwir Allah s.w.t menyatakan bahawa pada hari kiamat matahari yang gagah di langit akan digulung, bintang-bintang akan jatuh berguguran, gunung-ganang yang nampak gagah hancur berkecai. Allah juga menyatakan bahawa laut yang luas akan menjadi panas meluap-luap.

    Di dalam surah Al-Infitar pula Allah menambah lagi penjelasan tentang fenomena kiamat dengan menyatakan akan terbelah dan terburainya langit kemudian bumi akan memuntahkan apa yang dikandungnya.
    Begitu juga di dalam surah Al-Insyiqaq, Allah menjelaskan sekali lagi bahawa langit akan terbelah manakala bumi akan menjadi rata akibat kehancuran gunung-ganang dan bukit-bukau.
    Menariknya di dalam ketiga-tiga surah ini dijelaskan bahawa ketika berlakunya suasana kacau bilau ini barulah manusia teringat akan apa yang telah dilakukan dan diabaikan. Di saat itu barulah timbul kesedaran dan keinsafan. Namun semuanya telah terlambat kerana pintu taubat sudah tertutup.
    Setiap manusia akan berdepan dengan mahkamah Allah yang tiada langsung peluang untuk menipu dan berbohong. Setiap wajah akan tunduk memandang bumi, menunggu perbicaraan di Mahkamah Allah . Apakah selamat atau sebaliknya?
    Membaca ketiga-tiga surah bukan sahaja boleh memberikan ilmu tentang fenomena kiamat malah boleh menimbulkan kegerunan dan ketakutan terhadap situasi dahsyat yang akan berlaku.
    Cuba lihat matahari yang gagah di atas langit yang akan bergulung-gulung. Bayangkan pula langit yang kukuh akan terburai dan memuntahkan bintang-bintang hingga gugur ke bumi. Apakah ia tidak menggerunkan kita?
    Perkara yang paling menakutkan apabila Allah bertanya: (Apakah yang memperdayakanmu hingga sanggup derhaka (waktu di dunia) kepada Tuhanmu Yang Maha Mulia). (Al-Infitar: 6).
    Ayat ini seolah-olah satu tempelak terhadap manusia yang tidak mahu insaf meskipun peluang diberikan seluas-luasnya ketika hidup di dunia.

    Gambaran ketakutan ini dinyatakan oleh Allah dengan menggunakan bahasa kiasan. Firman Allah , Dan apabila unta-unta bunting ditinggalkan. (At-Takwir: 4).
    Unta adalah harta paling berharga di tanah Arab pada zaman baginda s.a.w. Unta merupakan kenderaan kelas pertama yang terdapat ketika itu. Apa yang dimaksudkan di dalam ayat ini ialah, ketika berlakunya kiamat setiap manusia akan takut dan risau dengan nasib diri sendiri hingga lupa kepada harta benda dan kemewahan yang dimiliki.

    Begitulah sebahagian dari gambaran panjang lebar yang dijelaskan oleh Allah s.w.t. tentang fenomena hari kiamat di dalam ketiga-tiga surah di atas. Bagi seorang yang beriman pencarian tentang bila berlakunya hari kiamat adalah merupakan kerja sia-sia, malah ia boleh membawa kepada kesesatan akidah.
    Justeru apabila Nabi s.a.w ditanya oleh Jibril a.s tentang bila berlakunya kiamat, Baginda menjawab: “Yang bertanya lebih tahu dari yang ditanya. Kerana baginda s.a.w hanya dimaklumkan tentang tanda-tandanya sahaja”. Tarikh berlakunya kiamat hanya menjadi rahsia Allah yang Maha Mengetahui dan Maha Berkuasa.

    Umat Islam perlu berusaha bentuk perlakuan, naluri baik untuk capai darjat khairul bariyyah

    PENCIPTAAN manusia sebagai makhluk Allah yang istimewa mengikut pendapat sebahagian tokoh Islam terdiri daripada gabungan beberapa elemen utama iaitu roh, jasad, akal dan emosi. Kekuatan roh Islam dalam diri seseorang individu itu penentu utama martabat nafsu dalam jiwanya.

    Jika bentuk dan pergerakan nafsu itu baik, maka manusia itu menjadi khairul bariyyah (sebaik-baik makhluk). Jika sebaliknya, maka manusia itu menjadi syarrul bariyyah (seburuk-buruk makhluk).

    Sebenarnya kecantikan dan keindahan manusia bukan terletak pada fizikal dan mentalnya saja, tetapi pada perkara yang terkandung dalam jiwanya. Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:

    “Sesungguhnya Allah tidak memandang jasad dan rupa kamu (saja), tetapi Dia memandang hati kamu.” (Hadis riwayat Muslim dan al-Tirmizi)

    Islam menegaskan bahawa potensi untuk seseorang itu menjadi dan menghasilkan sesuatu yang baik sentiasa mengatasi potensinya untuk menjadi dan menghasilkan sesuatu yang buruk. Apabila tiba di satu persimpangan, ada dua pilihan iaitu perkara yang baik, lebih baik, buruk atau lebih buruk.

    Maka, pada ketika itulah martabat nafsu kita akan mempamerkan kualitinya yang sebenar. Justeru, kuasa pemilihan berada di tangan kita setiap kali berada di persimpangan itu dan dalam situasi sebegini hendaklah kembali kepada Allah .

    Allah berfirman yang bermaksud:
    “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya rugilah orang yang mengotorinya (merosakkannya dengan kemaksiatan).” (Surah al-Syam, ayat 7-10)

    Sesungguhnya untuk mengawal nafsu pada setiap saat bukan satu tugas mudah. Perkara itu digambarkan Rasulullah SAW apabila Baginda memimpin kaum Muslimin kembali dari medan peperangan menuju ke kampung halaman mereka.

    Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:
    “Kita kembali daripada jihad (peperangan) kecil kepada jihad yang lebih besar (perjuangan melawan nafsu dan pembersihan hati).”

    Meskipun begitu, untuk membentuk nafsu yang mulia bukanlah satu tugas mustahil kerana nafsu itu sendiri tidak merujuk kepada sesuatu yang keji dan buruk. Al-Quran menyentuh tujuh martabat nafsu dan wajar bagi setiap orang mengenal pasti kategori nafsu yang mereka duduki ketika ini.

    Pertama, nafsu amarah yang dijelaskan Allah dalam firman-Nya yang bermaksud: “Dan Aku tidak membebaskan diriku (daripada kesalahan), kerana sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Surah Yusuf, ayat 53)
    Sebenarnya martabat atau kedudukan nafsu ini adalah yang paling rendah dan keji di sisi Allah . Setiap perlakuannya hanya perkara yang dipandang keji oleh Allah . Di samping itu, ia amat sukar untuk mendekatkan diri kepada Allah .

    Nafsu amarah sentiasa menyuruh ke arah kejahatan dan tidak lagi wujud perbezaan antara perkara baik dengan yang buruk. Begitu juga tidak timbul langsung perasaan duka atau sesal jika berlaku perbuatan jahat. Sebaliknya, perasaan gembira dan berpuas hati akan timbul akibat daripada melakukan kejahatan seperti yang diinginkan oleh nafsu jahat ini.

    Kedua ialah nafsu lawwamah seperti firman Allah yang bermaksud, “Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (akan dirinya sendiri).” (Surah al-Qiyamah, ayat 2)
    Seseorang yang menduduki martabat nafsu ini akan mempunyai perasaan bahawa ia tidak patut melakukan perkara kejahatan dan kemaksiatan yang ditegah Allah . Jika kesalahan itu dilakukan juga, maka ia akan mencela dirinya dan amat menyesali atas perbuatannya.

    Walau bagaimanapun, kekuatan nafsu itu belum memadai untuk menghindari seseorang daripada mengulangi perbuatan keji dan salah. Sebenarnya ia akan bergantung pada kekuatan imannya ketika berhadapan dengan keadaan yang menguji dirinya.

    Ketiga, nafsu mulhamah di mana seseorang yang menduduki martabat nafsu ini akan berusaha menghakis sifat keji (mazmumah) dan menggantikannya dengan sifat mulia (mahmudah).
    Mereka kuat beriltizam untuk beribadat kepada Allah dan akan bertaubat nasuha atas segala dosa dilakukan sebelum ini. Sesalan yang dirasainya memang benar dan segala dugaan terhadap iman secara spontan menggerakkannya mencari perlindungan Allah .

    Allah berfirman yang bermaksud:
    “Dan (juga) orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah , lalu memohon ampun terhadap dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah ? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (Surah Ali ‘Imran, ayat 135)

    Keempat, nafsu mutma’innah yang dijelaskan Allah dalam firman-Nya yang bermaksud: “Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diredai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-Ku, dan masuklah ke dalam syurga-Ku.” (Surah al-Fajr, ayat 27-30)
    Seseorang yang menduduki martabat nafsu ini akan suci dan bersih jiwanya. Kesucian jiwa itu diumpamakan sebagai kesucian jiwa orang solihin sama seperti kesucian jiwa bayi yang baru lahir. Martabat nafsu inilah yang mewujudkan ketenteraman dan ketenangan. Namun, ia hanya dikurniakan Allah kepada sesiapa yang diredai-Nya saja.

    Kelima, nafsu radhiah, nafsu mardhiyyah dan nafsu kamaliyyah. Ketiga-tiga nafsu ini adalah martabat yang semakin tinggi. Ia hanya boleh dicapai oleh mereka yang sudah mencapai martabat nafsu mutma’innah.
    Pelbagai kelebihan dikurniakan Allah kepada mereka yang mampu sampai ke martabat tinggi ini. Tidak mustahil bagi sesiapa pun untuk mampu mencapai tahap tinggi asalkan berjaya memenuhi segala syarat ibadat, yakni segala elemen gabungan menjadikan insan ini bergerak secara bersama ke arah semata-mata mencari keredaan Allah .

    Semua martabat nafsu diertikan sebagai sifat perlakuan naluri manusia mengikut tahap kesucian hati dan jiwanya dengan Allah . Jika nafsu itu kotor, maka rosaklah segala tindakan dan perlakuan seseorang. Sebaliknya, jika nafsunya bersih, maka segala tindakannya itu akan turut bersih dan baik.

    Mudah-mudahan Allah SWT yang Maha Mengetahui siapa diri kita yang sebenarnya, menolong kita agar dapat mengetahui kekurangan yang harus diperbaiki, memberitahu jalan yang harus ditempuh, dan memberikan karunia semangat terus-menerus sehingga kita tidak dikalahkan oleh kemalasan, tidak dikalahkan oleh kebosanan, dan tidak dikalahkan oleh hawa nafsu. Dan mudah-mudahan pula warisan terbaik diri kita yang dapat diwariskan kepada keluarga, keturunan, dan lingkungan adalah keindahan akhlak kita. Karena ternyata keislaman seseorang tidak diukur oleh luasnya ilmu. Keimanan seseorang tidak diukur oleh hebatnya pembicaraan.

    Kedudukan di sisi Allah tidak juga diukur oleh kekuatan ibadahnya semata. Tapi semua kemuliaan seorang yang paling benar Islamnya, yang paling baik imannya, yang paling dicintai oleh Allah, yang paling tinggi kedudukannya dalam pandangan Allah dan yang akan menemani Rasulullah SAW ternyata sangat khas, yaitu orang yang paling mulia akhlaknya.
    Walhasil sehebat apapun pengetahuan dan amal kita, sebanyak apapun harta kita, setinggi apapun kedudukan kita, jikalau akhlaknya rusak maka tidak bernilai. Kadang kita terpesona pada topeng duniawi tapi segera sesudah tahu akhlak buruknya, pesona pun akan pudar.

    Yakinlah bahwa Rasulullah SAW diutus kedunia ini adalah untuk menyempurnakan akhlak. Hal ini ditanyakan sendiri oleh beliau ketika menjawab pertanyaan seorang sahabat, "Mengapa engkau diutus ke dunia ini ya Rasul?" Rasul menjawab, "innama buitsu liutamimma makarimal akhlak", "Sesungguhnya aku diutus ke dunia hanyalah utnuk menyempurnakan akhlak."
    Sayangnya kalau kita mendengar kata akhlak seakan fokus pikiran kita hanya terbentuk pada senyuman dan keramahan. Padahal maksud akhlak yang sebenarnya jauh melampaui sekadar senyuman dan keramahan. Karenanya penjabaran akhlak dalam perilaku sehari-hari bukanlah suatu hal yang terpecah-pecah, semua terintegrasi dalam satu kesatuan utuh, termasuk bagian akhlak kita kepada Allah.

    Akhlak kita kepada Allah SWT harus dipastikan benar-benar bersih. Orang yang menjaga akhlaknya kepada Allah, hatinya benar-benar putih seperti putihnya air susu yang tidak pernah tercampuri apapun. Bersih sebersih-bersihnya. Bersih keyakinannya, tidak ada sekutu lain selain Allah. Tidak ada satu tetes pun di hatinya meyakini kekuatan di alam semesta ini selain kekuatan Allah SWT sehingga ia sangat jauh dari sifat munafik.

    Bagaimanakah sifat orang munafik itu? Imam Al Ghazali menuturkan ucapan Imam Hatim Al Ashom tentang seorang ulama shalih ketika mengupas perbedaan antara orang mukmin dengan orang munafik :
    "Seorang mukmin senantiasa disibukkan dengan bertafakur, merenung, mengambil pelajaran dari aneka kejadian apapun di muka bumi ini, sementara orang munafik disibukkan dengan ketamakan dan angan-angan kosong terhadap dunia ini.

    Seorang mukmin berputus asa dari siapa saja dan kepada siapa saja kecuali hanya kepada Allah, sementara orang munafik mengharap dari siapa saja kecuali dari mengharap kepada Allah SWT.
    Seorang mukmin merasa aman, tidak gentar, tidak takut oleh ancaman siapa pun kecuali takut hanya kepada Allah karena dia yakin bahwa apapun yang mengancam dia ada dalam genggaman Allah, di lain pihak orang munafik justru takut kepada siapa saja kecuali takut kepada Allah, naudzubillaah, yang tidak dia takuti malah Allah SWT.

    Seorang mukmin menawarkan hartanya demi mempertahankan agamanya, sementara orang munafik menawarkan agamanya demi mempertahankan hartanya.
    Seorang mukmin menangis karena malunya kepada Allah meskipun dia berbuat kebajikan, sementara orang munafik tetap tertawa meskipun dia berbuat keburukan.
    Seorang mukmin senang berkhalwat dengan menyendiri bermunajat kepada Allah, sementara seorang munafik senang berkumpul dengan bersukaria bercampur baur dengan khalayak yang tidak ingat kepada Allah.

    Seorang mukmin ketika menanam merasa takut jikalau merusak, sedangkan seorang munafik mencabuti seraya mengharapkan panen.
    Seorang mukmin memerintahkan dan melarang sebagai siasat dan cara sehingga berhasil memperbaiki, larangan dan perintah seorang mukmin adalah upaya untuk memperbaiki, sementara seorang munafik memerintah dan melarang demi meraih jabatan dan kedudukan sehingga dia malah merusak, naudzubillaah."

    Ah, sahabat. Nampak demikian jauh beda akhlak antara seorang mukmin dengan seorang munafik. Oleh karenanya kita harus benar-benar berusaha menjauhi perilaku-perilaku munafik seperti diuraikan di atas. Kita harus benar-benar mencegah diri kita untuk meyakini adanya penguasa yang menandingi kebesaran dan keagungan Allah. Kita harus yakin siapa pun yang punya jabatan di dunia ini hanyalah sekedar makhluk yang hidup sebentar dan bakal mati, seperti halnya kita juga. Jangan terperangah dan terpesona dengan kedudukan, pangkat, dan jabatan, sebab itu cuma tempelan sebentar saja, yang kalau tidak hati-hati justru itulah yang akan menghinakan dirinya.***

    ;;

    **Tv online**